Buku ini terdiri dari lima bab Bab pertama berisi pendahuluan bab dua membahas tentang pangan fungsional bab tiga tentang bawang dayak tiwai bab empat tentang pangan fungsional dari bawang dayak tiwai bab lima tentang pengawasan mutu teh bawang tiwai Bawang dayak atau tiwai dikenal dikampung halaman penulis kabupaten Simalungun Sumatera Utara dikenal sebagai simarbawang bawang Pada waktu kecil didesa penulis sering temukan sebagai gulma Kata simarbawang bawang dalam bahasa daerah penulis yang berarti menyerupai bawang Simarbawangbawang ini belum pernah dimanfaatkan sebagai bahan pangan atau alternative pengobatan untuk penyakit Pemanfaatan bawang dayak tiwai ini baru penulis tahu di Kalimantan dari berbagai informasi baik secara langsung maupun tidak langsung memalui media Dari informasi pemanfaatan yang diperoleh penulis dari masyarakat dayak ataupun kutai membuat penulis tertarik untuk mendalami apa yang telah dikenal penulis sejak kecil sebagai gulma Penulis membuat kajian produk pangan fungsional dari bahan dasar bawang dayak atau tiwai Pembuktian ilmiah terhadap khasiat tumbuhan obat menjadi sangat strategis untuk dikembangkan Hal tersebut menjadi dasar pemilihan jenis tanaman potensial untuk dikembangkan pemanfaatanya sebagai minuman herbal sekaligus untuk menentukan jenis jenis tanaman obat potensial yang harus dilestarikan keberadaanya Salah satu jenis tanaman obat yang potensial tersebut adalah tumbuhan bawang tiwai Eleutherine americana Merr Bawang tiwai berasal dari Amerika tropik tetapi di Indonesia sudah lama di tanam Sebutan bawang tiwai dikenal dari daerah Kutai Pangan fungsional merupakan pangan alami sebagai contoh buah buahan dan sayur sayuran atau pangan olahan yang mengandung komponen bioaktif sehingga dapat memberikan dampak positif pada fungsi metabolisme manusia Dalam dokumen konsensus Scientific Concepts of Functional Foods in Europe yang dikeluarkan oleh European Commission Concerted Action on Functional Food Science in Europe mendefinisikan pangan dapat dikatakan memiliki sifat fungsional jika terbukti dapat memberikan satu atau lebih manfaat terhadap target fungsi tubuh selain fungsi gizi normalnya dengan cara yang relevan dapat memperbaiki status kesehatan dan kebugaran serta menurunkan risiko penyakit Buku ini terdiri dari lima bab Bab pertama berisi pendahuluan bab dua membahas tentang pangan fungsional bab tiga tentang bawang dayak tiwai bab empat tentang pangan fungsional dari bawang dayak tiwai bab lima tentang pengawasan mutu teh bawang tiwai Bawang dayak atau tiwai dikenal dikampung halaman penulis kabupaten Simalungun Sumatera ...Utara dikenal sebagai simarbawang bawang Pada waktu kecil didesa penulis sering temukan sebagai gulma Kata simarbawang bawang dalam bahasa daerah penulis yang berarti menyerupai bawang Simarbawangbawang ini belum pernah dimanfaatkan sebagai bahan pangan atau alternative pengobatan untuk penyakit Pemanfaatan bawang dayak tiwai ini baru penulis tahu di Kalimantan dari berbagai informasi baik secara langsung maupun tidak langsung memalui media Dari informasi pemanfaatan yang diperoleh penulis dari masyarakat dayak ataupun kutai membuat penulis tertarik untuk mendalami apa yang telah dikenal penulis sejak kecil sebagai gulma Penulis membuat kajian produk pangan fungsional dari bahan dasar bawang dayak atau tiwai Pembuktian ilmiah terhadap khasiat tumbuhan obat menjadi sangat strategis untuk dikembangkan Hal tersebut menjadi dasar pemilihan jenis tanaman potensial untuk dikembangkan pemanfaatanya sebagai minuman herbal sekaligus untuk menentukan jenis jenis tanaman obat potensial yang harus dilestarikan keberadaanya Salah satu jenis tanaman obat yang potensial tersebut adalah tumbuhan bawang tiwai Eleutherine americana Merr Bawang tiwai berasal dari Amerika tropik tetapi di Indonesia sudah lama di tanam Sebutan bawang tiwai dikenal dari daerah Kutai Pangan fungsional merupakan pangan alami sebagai contoh buah buahan dan sayur sayuran atau pangan olahan yang mengandung komponen bioaktif sehingga dapat memberikan dampak positif pada fungsi metabolisme manusia Dalam dokumen konsensus Scientific Concepts of Functional Foods in Europe yang dikeluarkan oleh European Commission Concerted Action on Functional Food Science in Europe mendefinisikan pangan dapat dikatakan memiliki sifat fungsional jika terbukti dapat memberikan satu atau lebih manfaat terhadap target fungsi tubuh selain fungsi gizi normalnya dengan cara yang relevan dapat memperbaiki status kesehatan dan kebugaran serta menurunkan risiko penyakit