Sinopsis Buku: Buku ini membahas wasiat tarekat yang ditinggalkan oleh Hadratus Syaikh Hasyim Asy’ari, seorang tokoh sejarah dan ulama besar yang berkontribusi signifikan dalam memperkuat ajaran Ahl as-Sunnah wa al-Jama’ah serta tasawuf Sunni di Indonesia. Dalam buku ini, Syaikh Hasyim Asy’ari memberikan panduan dan prinsip-prinsip yang melandasi tarekat, yang merupakan institusi penting dalam praktik keagamaan Islam. Ia menekankan pentingnya spiritualitas, moralitas, dan kualitas batin manusia sebagai dasar pembangunan masyarakat yang adil dan sejahtera. Syaikh Hasyim juga mengkritik penggunaan paradigma pemikiran yang materialistik, positivistik, dan sekularistik dalam masyarakat Islam, yang menyebabkan pengabaian terhadap ajaran spiritual dan sufisme. Ia menekankan bahwa sufisme bukanlah sesuatu yang bertentangan dengan ajaran Islam, melainkan bagian yang esensial dari ajaran agama, sebagai bentuk penyejuk hati dan penuntun bagi manusia. Selain itu, ia berperan dalam mendirikan Nahdlatul Ulama (NU), yang menjadi wadah kekuatan ulama dan kyai di Indonesia. Buku ini juga menyajikan beberapa karya Syaikh Hasyim Asy’ari, seperti *Ad-Durar Al-Muntasyirah Fi Masail At-Tis’a ‘Asyarah* (AMMTA) dan *Tamyiz Al-Haq Min Al-Bathil* (THMB), yang mencerminkan upaya beliau untuk memurnikan tradisi Islam dan membela nilai-nilai keagamaan yang sesuai dengan ajaran Zat Yang Mahasuci. Dengan demikian, buku ini menjadi sumber penting bagi para peneliti, ulama, dan pecinta keagamaan dalam memahami kontribusi sejarah dan pemikiran Syaikh Hasyim Asy’ari terhadap perjalanan Islam di Indonesia.
Sinopsis Buku: Buku ini membahas wasiat tarekat yang ditinggalkan oleh Hadratus Syaikh Hasyim Asy’ari, seorang tokoh sejarah dan ulama besar yang berkontribusi signifikan dalam memperkuat ajaran Ahl as-Sunnah wa al-Jama’ah serta tasawuf Sunni di Indonesia. Dalam buku ini, Syaikh Hasyim Asy’ari memberikan panduan dan prinsip-prinsip yang melandasi tarekat, yang merupakan institusi penting dalam praktik keagamaan Islam. Ia menekankan pentingnya spiritualitas, moralitas, dan kualitas batin manusia sebagai dasar pembangunan masyarakat yang adil dan sejahtera. Syaikh Hasyim juga mengkritik penggunaan paradigma pemikiran yang materialistik, positivistik, dan sekularistik dalam masyarakat Islam, yang menyebabkan pengabaian terhadap ajaran spiritual dan sufisme. Ia menekankan bahwa sufisme bukanlah sesuatu yang bertentangan dengan ajaran Islam, melainkan bagian yang esensial dari ajaran agama, sebagai bentuk penyejuk hati dan penuntun bagi manusia. Selain itu, ia berperan dalam mendirikan Nahdlatul Ulama (NU), yang menjadi wadah kekuatan ulama dan kyai di Indonesia. Buku ini juga menyajikan beberapa karya Syaikh Hasyim Asy’ari, seperti *Ad-Durar Al-Muntasyirah Fi Masail At-Tis’a ‘Asyarah* (AMMTA) dan *Tamyiz Al-Haq Min Al-Bathil* (THMB), yang mencerminkan upaya beliau untuk memurnikan tradisi Islam dan membela nilai-nilai keagamaan yang sesuai dengan ajaran Zat Yang Mahasuci. Dengan demikian, buku ini menjadi sumber penting bagi para peneliti, ulama, dan pecinta keagamaan dalam memahami kontribusi sejarah dan pemikiran Syaikh Hasyim Asy’ari terhadap perjalanan Islam di Indonesia.