Keadilan yang ditunjukkan dalam hubungan interpersonel penghormatan secara individu akan tetapi tidak pula mengesampingkan peraturan formal Namun perlu diperhatikan bahwa kejadian pelaporan perilaku tidak etis seseorang dengan berlebihan dapat menghasilkan sinisme dalam organisasi Kode etik membutuhkan penyedrehanaan dalam interpretasi yang cermat untuk diterapkan pada pengaturan kehidupan organisasi yang kompleks dan heterogen justru di mana terdapat ketidakpastian tentang kualitas pemimpin organisasi adalah hambatan yang nyata Namun para pemimpin dapat membantu membentuk dan mendorong lingkungan di mana pelaksanaan praktis keteladanan perilaku yang disesuaikan dengan kondisi organisasi Terlebih lagi pada organisasi superkompleks seperti pemerintah di mana ada banyak jejaring keahlian posisi hierarkis dan otoritas yang berpotensi kuat membentuk situasi etik nya sendiri Lain pula dengan pemimpin politik yang dapat memberi contoh mendukung perilaku keteladanan mencela perilaku yang tidak benar menggunakan retorika seperti berpidato dan memengaruhi kelompok politik mereka Pemimpin politik dapat lebih mudah memengaruhi pengikutnya dengan menekankan Keteladanan sebagi sumber etika utama organisasi Keteladanan sekali lagi menjadi pendobrak utama dalam mewujudkan etika organisasi yang memunculkan situasi etis organisasi tersebut Namun keteladanan yang berjalan sendirian tanpa ditopang oleh peraturan kode etik dengan bertujuan mewujurkan etika organisasi tidak akan berjalan secara efektif dan efi sien maka dari itu selain menonjolkan keteladanan pemimpin diperlukan pula manajerial etik yang mengelola pelaksanaan kode etik oleh anggota organisasi Hal yang rumitnya daalah menyelaraskan antara keteladanan orang bermoral dengan memosisikan diri sebagai manajer moral di mana seringkali penegakan kode etik dijadikan alat sinisme bagi anggota organisasi Sistem kepemimpinan dengan hirearkis rumit seperti organisasi pemerintah rentan pula terjadi Keadilan yang ditunjukkan dalam hubungan interpersonel penghormatan secara individu akan tetapi tidak pula mengesampingkan peraturan formal Namun perlu diperhatikan bahwa kejadian pelaporan perilaku tidak etis seseorang dengan berlebihan dapat menghasilkan sinisme dalam organisasi Kode etik membutuhkan penyedrehanaan dalam interpretasi yang cermat untuk diterapkan pada pengaturan kehidupan organisasi yang kompleks dan heterogen ...justru di mana terdapat ketidakpastian tentang kualitas pemimpin organisasi adalah hambatan yang nyata Namun para pemimpin dapat membantu membentuk dan mendorong lingkungan di mana pelaksanaan praktis keteladanan perilaku yang disesuaikan dengan kondisi organisasi Terlebih lagi pada organisasi superkompleks seperti pemerintah di mana ada banyak jejaring keahlian posisi hierarkis dan otoritas yang berpotensi kuat membentuk situasi etik nya sendiri Lain pula dengan pemimpin politik yang dapat memberi contoh mendukung perilaku keteladanan mencela perilaku yang tidak benar menggunakan retorika seperti berpidato dan memengaruhi kelompok politik mereka Pemimpin politik dapat lebih mudah memengaruhi pengikutnya dengan menekankan Keteladanan sebagi sumber etika utama organisasi Keteladanan sekali lagi menjadi pendobrak utama dalam mewujudkan etika organisasi yang memunculkan situasi etis organisasi tersebut Namun keteladanan yang berjalan sendirian tanpa ditopang oleh peraturan kode etik dengan bertujuan mewujurkan etika organisasi tidak akan berjalan secara efektif dan efi sien maka dari itu selain menonjolkan keteladanan pemimpin diperlukan pula manajerial etik yang mengelola pelaksanaan kode etik oleh anggota organisasi Hal yang rumitnya daalah menyelaraskan antara keteladanan orang bermoral dengan memosisikan diri sebagai manajer moral di mana seringkali penegakan kode etik dijadikan alat sinisme bagi anggota organisasi Sistem kepemimpinan dengan hirearkis rumit seperti organisasi pemerintah rentan pula terjadi