Sinopsis Buku: Di tengah kota kecil Cilawu, Garut tahun 1997, hidup Jaya Suherman, seorang pria yang memiliki kebiasaan khas: ia selalu menghabiskan waktu di pos keamanan setelah pulang bekerja. Ia berbicara dengan para pria sekitar yang sering berkumpul di sana, tetapi ia berbeda dari mereka. Jaya tidak ingin memiliki istri ketiga, melainkan menjadi seorang lelaki setia yang minum kopi ketika senja. Ia berharap masa depan anaknya akan menjadi orang penting di negara ini, dan itu menjadi motivasi utamanya dalam hidup. Jaya dan istrinya, Nina, hidup dalam kesederhanaan. Nina, yang berusia tiga puluh dua tahun, memakan nasi sehari sekali, dan ia selalu merasa tenang dan bahagia meski hidupnya tidak terlalu nyaman. Jaya, yang berusia akhir-empat puluhan, memiliki wajah mirip kuda dan keceriaan yang kuat. Namun, ia juga memiliki kebiasaan pamer, terutama terhadap masa depan anaknya yang belum pasti. Kehidupan mereka penuh dengan harapan, impian, dan juga kekecewaan. Meski Jaya sering mengajak orang lain bicara, ia memiliki kecenderungan untuk menguasai perbincangan dan memilih orang yang wajahnya suram karena ia merasa lebih nyaman berbicara dengan mereka. Dalam usahanya untuk mencapai keberhasilan, Jaya terus berharap bahwa anaknya akan menjadi orang yang dicintai oleh seluruh warga Indonesia. Namun, di balik kehidupan yang tampaknya sederhana, ada kisah-kisah yang lebih dalam dan kompleks. Ada kegelapan dalam hati seseorang, ada keinginan yang tidak terpuaskan, dan ada kepercayaan yang tidak pernah terwujud. Dalam novel ini, cinta dan harapan menjadi tema utama, tetapi juga menjadi pembodohan bagi siapa pun yang terjebak dalam mimpi yang tidak nyata. Dari kisah Jaya dan keluarganya, pembaca akan menyaksikan bagaimana kehidupan seseorang bisa diwarnai oleh harapan, kebiasaan, dan kepercayaan yang tidak selalu sesuai dengan kenyataan. Sebuah kisah yang menggambarkan kehidupan kecil di tengah masyarakat yang sibuk, tetapi penuh makna.
Sinopsis Buku: Di tengah kota kecil Cilawu, Garut tahun 1997, hidup Jaya Suherman, seorang pria yang memiliki kebiasaan khas: ia selalu menghabiskan waktu di pos keamanan setelah pulang bekerja. Ia berbicara dengan para pria sekitar yang sering berkumpul di sana, tetapi ia berbeda dari mereka. Jaya tidak ingin memiliki istri ketiga, melainkan menjadi seorang lelaki setia yang minum kopi ketika senja. Ia berharap masa depan anaknya akan menjadi orang penting di negara ini, dan itu menjadi motivasi utamanya dalam hidup. Jaya dan istrinya, Nina, hidup dalam kesederhanaan. Nina, yang berusia tiga puluh dua tahun, memakan nasi sehari sekali, dan ia selalu merasa tenang dan bahagia meski hidupnya tidak terlalu nyaman. Jaya, yang berusia akhir-empat puluhan, memiliki wajah mirip kuda dan keceriaan yang kuat. Namun, ia juga memiliki kebiasaan pamer, terutama terhadap masa depan anaknya yang belum pasti. Kehidupan mereka penuh dengan harapan, impian, dan juga kekecewaan. Meski Jaya sering mengajak orang lain bicara, ia memiliki kecenderungan untuk menguasai perbincangan dan memilih orang yang wajahnya suram karena ia merasa lebih nyaman berbicara dengan mereka. Dalam usahanya untuk mencapai keberhasilan, Jaya terus berharap bahwa anaknya akan menjadi orang yang dicintai oleh seluruh warga Indonesia. Namun, di balik kehidupan yang tampaknya sederhana, ada kisah-kisah yang lebih dalam dan kompleks. Ada kegelapan dalam hati seseorang, ada keinginan yang tidak terpuaskan, dan ada kepercayaan yang tidak pernah terwujud. Dalam novel ini, cinta dan harapan menjadi tema utama, tetapi juga menjadi pembodohan bagi siapa pun yang terjebak dalam mimpi yang tidak nyata. Dari kisah Jaya dan keluarganya, pembaca akan menyaksikan bagaimana kehidupan seseorang bisa diwarnai oleh harapan, kebiasaan, dan kepercayaan yang tidak selalu sesuai dengan kenyataan. Sebuah kisah yang menggambarkan kehidupan kecil di tengah masyarakat yang sibuk, tetapi penuh makna.
Jumlah Halaman | 190 |
---|---|
Kategori | Novel |
Penerbit | Syalmahat Publishing |
Tahun Terbit | 2019 |
ISBN | 978-602-6630-11-7 |
eISBN | 978-623-238-168-1 |