Sinopsis Buku: Di tengah kehancuran dunianya, Mentari, seorang anak yang terinfeksi virus HIV, harus menghadapi kenyataan pahit bahwa keluarganya menolaknya karena ketakutan akan penularan virus. Dengan hati yang penuh luka dan semangat yang hampir pupus, ia dipaksa untuk memutuskan antara menjadi pemberani yang mencari keajaiban atau penakut yang menyesal seumur hidup. Dalam perjalanan hidupnya yang penuh tantangan, Mentari terpaksa berpindah ke Panti Asuhan Kasih, sebuah tempat yang menjadi tempat perlindungan bagi anak-anak yang terlantar, termasuk dirinya. Di sana, ia belajar bahwa keluarga sejati bukan hanya tentang darah, tetapi juga tentang cinta, kasih sayang, kesabaran, dan keimanan. Buku ini menggambarkan perjalanan Mentari dalam menghadapi stigma dan diskriminasi, serta upayanya untuk bangkit, menjalani hidup sehat, dan menemukan makna kehidupan meskipun di tengah keterbatasan. Dengan status HIV yang tidak mengakhiri segalanya, Mentari berharap untuk menemukan tempat yang menerima dirinya, bukan hanya sebagai anak, tetapi sebagai manusia yang layak dicintai.
Mata yang indah kini sembab Mata yang bening dipenuhi awan hitam Mengalirkan luka memenuhi hati dan jiwa Mentari berdiri di depan panti asuhan Di kota yang sangat asing Ia terbuang karena virus HIV Keluarganya kehilangan kekerabatan dan nurani Tuhan kemana kaki ini akan melangkah Mengapa jalanku penuh onak dan duri Tuhan aku masih sangat kecil Usiaku baru tiga belas tahun Mengapa diskriminasi melukaiku Kutatap lagi panti asuhan yang berdiri megah Hingga kuputuskan berjalan masuk Aku tidak punya pilihan perutku lapar tenggorokanku kering Kulitku terpanggang matahari Aku butuh tempat berteduh aku harus tetap hidup Stigma membuat Mentari memutuskan pergi Kemana ia tidak tahu
Jumlah Halaman | 282 |
---|---|
Kategori | Novel |
Penerbit | Penerbit Adab |
Tahun Terbit | 2022 |
ISBN | 978-623-497-071-5 |
eISBN | proses |