Sinopsis Buku Takdir Cinta Di tengah suasana rumah yang penuh dengan obrolan keluarga, Abim, seorang laki-laki yang baru saja memasuki usia 28 tahun, terjebak dalam pembicaraan yang tidak ia harapkan—masalah pernikahannya. Dengan kehadiran Bulik Lia, istri Iwan, dan Bude Astuti, kakak Ida, pembicaraan tentang menantu dan jodoh kembali menghiasi obrolan keluarga. Meskipun Abim berusaha menghindari topik tersebut, ia justru terlibat dalam diskusi yang semakin memanas. Lia, dengan lembut, menyarankan agar Abim dekat dengan Lian, sementara Bude Astuti dengan tegas mengingatkan bahwa menikah adalah ibadah dan seharusnya segera dilakukan. Ida, sebagai adiknya, juga ikut serta dalam usaha membujuk Abim untuk segera menikah. Dalam situasi ini, Abim, yang selama ini belum memiliki pasangan, merasa tertekan dan bingung, namun ia berusaha menjaga sopan santun dan mengangguk-angguk sambil berusaha mengalihkan pembicaraan. Dalam konteks ini, kehidupan keluarga, harapan, dan tekanan sosial tergambar jelas, menunjukkan bagaimana kehidupan seorang laki-laki yang berusaha menyeimbangkan antara keinginan pribadi dan harapan keluarga. Buku ini menggambarkan perjalanan Abim dalam menghadapi tekanan, harapan, dan keputusan yang akan membentuk masa depannya.
Sinopsis Buku Takdir Cinta Di tengah suasana rumah yang penuh dengan obrolan keluarga, Abim, seorang laki-laki yang baru saja memasuki usia 28 tahun, terjebak dalam pembicaraan yang tidak ia harapkan—masalah pernikahannya. Dengan kehadiran Bulik Lia, istri Iwan, dan Bude Astuti, kakak Ida, pembicaraan tentang menantu dan jodoh kembali menghiasi obrolan keluarga. Meskipun Abim berusaha menghindari topik tersebut, ia justru terlibat dalam diskusi yang semakin memanas. Lia, dengan lembut, menyarankan agar Abim dekat dengan Lian, sementara Bude Astuti dengan tegas mengingatkan bahwa menikah adalah ibadah dan seharusnya segera dilakukan. Ida, sebagai adiknya, juga ikut serta dalam usaha membujuk Abim untuk segera menikah. Dalam situasi ini, Abim, yang selama ini belum memiliki pasangan, merasa tertekan dan bingung, namun ia berusaha menjaga sopan santun dan mengangguk-angguk sambil berusaha mengalihkan pembicaraan. Dalam konteks ini, kehidupan keluarga, harapan, dan tekanan sosial tergambar jelas, menunjukkan bagaimana kehidupan seorang laki-laki yang berusaha menyeimbangkan antara keinginan pribadi dan harapan keluarga. Buku ini menggambarkan perjalanan Abim dalam menghadapi tekanan, harapan, dan keputusan yang akan membentuk masa depannya.