Sinopsis Buku: Buku ini membahas tentang pentingnya penguatan iklim sekolah yang berbasis budaya kearifan lokal, khususnya budaya Huyula, dalam rangka membangun karakter peserta didik yang baik. Berlandaskan pendidikan karakter, buku ini menjelaskan bagaimana strategi pemimpin sekolah dapat digunakan untuk menciptakan lingkungan belajar yang harmonis, berakar pada nilai-nilai kearifan lokal yang menjadi bagian dari identitas budaya masyarakat Indonesia. Dalam buku ini, penulis menjelaskan bahwa pendidikan karakter tidak hanya bertujuan untuk membentuk pribadi peserta didik yang baik, tetapi juga untuk membentuk warga masyarakat yang baik. Hal ini dilakukan dengan mengintegrasikan nilai-nilai budaya lokal ke dalam proses pembelajaran, sehingga peserta didik dapat mengembangkan sikap sopan santun, kejujuran, rasa gotong royong, dan rasa hormat terhadap orang tua dan guru. Buku ini juga menekankan peran guru sebagai pengembang karakter peserta didik, yang dimulai dari peningkatan kompetensi dan kesadaran guru dalam menerapkan pendidikan karakter secara konsisten. Selain itu, buku ini juga menyebutkan bahwa karakter peserta didik dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor lingkungan (nurture) dan faktor bawaan (nature), sehingga pembentukan karakter harus dilakukan secara holistik dan berkelanjutan. Dengan memadukan pendidikan karakter dan budaya kearifan lokal, buku ini memberikan panduan praktis bagi pemimpin sekolah dalam membangun iklim sekolah yang sehat, berkelanjutan, dan berakar pada nilai-nilai kearifan lokal yang menjadi bagian dari identitas bangsa.
Strategi pemimpin dalam penguatan iklim sekolah berbasis budaya kearifan lokal budaya huyula berlandaskan pendidikan karakter Salah satu alasan adalah eksistensi nilainilai budaya yang dimiliki oleh masyarakat sampai saat ini belum optimal dalam upaya membangun karakter peserta didik bahkan setiap saat kita saksikan baik melalui media massa berbagai macam tindakan masyarakat yang berakibat pada kehancuran yakni menurunya perilaku sopan santun menurunya perilaku kejujuran rasa kebersamaan dan menurunnya rasa gotong royong semakin tingginya rasa tidak hormat kepada orang tua dan guru diantara anggota masyarakat Oleh sebab itu penulis sangat tertarik menulis buku karena pembangunan karakter melalui budaya lokal sangatlah dibutuhkan dengan cara mentrasformasikan nilainilai budaya lokal sebagai sarana untuk membangun karakter Guru merupakan ujung tombak keberhasilan kegiatan pembelajaran di sekolah yang terlibat langsung dalam merencanakan dan melaksanakan kegiatan pembelajaran terutama dalam melestarikan nilai nilai budaya yang dapat diinternalisasikan kedalam pendidikan karakter Tugas guru bukan semata mata mengajar hanya dapat mentransfer ilmu pengetahuan kepada peserta didik tetapi lebih kepada bagaimana membelajarkan peserta didik melalui pemodelan dan kebiasaan nilai nilai karakter dalam perilaku peserta didik dalam kehidupan keseharaian dilingkungan sekolah Belajar pada hakikatnya adalah proses interaksi terhadap semua situasi yang disekitar peserta didik Belajar dapat dipandang sebagai proses yang diarahkan kepada tujuan dan proses berbuat melalui berbagai pengalaman yang dirancang oleh guru yang dapat integrasikan melalui perilaku peserta didik yang dapat dibentuk melalui pengembangan nilai nilai budaya yang berbasis pendidikan karakter belajar juga merupakan proses melihaat mengamati dan memahami sesuatu yang ada di sekitar peserta didik Optimalisasi pendidikan karakter memang dimulai dari guru sendiri baru dapat membentuk karakter peserta didik Dalam proses perkembangan dan pembentukannya karakter peserta didik dipengaruhi oleh dua faktor yakni 1 faktor lingkungan nurture dan 2 faktor bawaan nature Karakter mudah dipahami sebagai nilai nilai yang khas baik karakter memancar dari hasil olah pikir olah hati olah raga serta olah rasa dan karsa seseorang atau sekolompok orang Dalam rangka perkembangan dan pembentukannya karakter peserta didik di pengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor lingkungan nurture dan faktor bawaan nature Secara psikologis perilaku berkarakter merupakan perwujudan dari potensi Intelligensi Quotient IQ Emotional Quotient EQ dan Spritual Quotient SQ serta Adverse Quotient AQ yang dimiliki oleh peserta didik Pendidikan karakter memiliki esensi dan makna yang sama dengan pendidikan moral dan pendidikan akhlak Tujuan adalah membentuk pribadi peserta didik supaya menjadi manusia yang baik dan warga masyarakat yang baik Oleh sebab itu pendidikan karakter dalam konteks pendidikan di Indonesia adalah pendidikan nilai nilai leluhur yang bersumber dari budaya lokal dan budaya bangsa sendiri dalam rangka membina keperibadian generasi muda
Jumlah Halaman | 189 |
---|---|
Kategori | Pendidikan |
Penerbit | Deepublish |
Tahun Terbit | 2018 |
ISBN | 978-602-475-499-0 |
eISBN | 978-602-475-711-3 |