Perkembangan bisnis penerbangan di Indonesia sangat berkembang dengan pesat sejak dimulai tahun 2001 awal kelahiran maskapai LCC yang mana ini tidak pernah kita bayangkan sebelum tahun 2000 Setiap tahun mulai tahun 2002 pertumbuhan penumpang jasa angkutan moda transportasi udara menembuk tidak kurang dari dua digit Perkembangan bisnis penerbangan komersial di Indonesia secara nyata memang berdampak positif untuk masyarakat Indonesia secara keseluruhan Tarif yang terjangkau mengakibatkan shiffting market penumpang kapal laut ke angkutan udara memang pada awal awalnya berdampak ke jumlah penumpang kapal laut Pelni Namun sejalan dengan waktu semua akhirnya terjadi equilibrium juga antara penumpang udara dan kapal laut Karena memang potensi negara kita dengan jumlah penduduk 260 juta semua pada akhirnya bisa memilih model transportasi yang menurut nya paling terjangkau Dengan jumlah bandara yang dikelola Angkasa Pura I dan II ada sekitar 30 bandara dan 230 an bandara yang kecil yang hanya bisa didarati pesawat Cessna Twin Otter dan Grand Caravan sungguh negara Indonesia merupakan market yang sangat besar untuk tetap bisa di eksplore maskapai penerbangan domestik Hingga tahun 2019 diharapkan penumpang udara komersial akan bisa menembus angka 100 juta penumpang Namun kisah sukses semua diatas bukan tanpa kendala dan hambatan Beberapa kendala yang tetap menghadang dunia bisnis penerbangan di Indonesia adalah banyaknya gangguan dari letupan gunung merapai di Indonesia Beberapa gunung berapi yang sering meletus aktif dan sangat mengganggu penerbangan di Indonesia ada gunung Sinabung Gunung Raung Gunung Merapi Gunung Agung Gunung Lokon Gunung Gamalama Sebagai gambaran saja seminggu Gunung Agung di Bali aktif awal desember 2017 dalam 3 hari saja terjadi pembatalan flight in maupun out ke Denpasar dan Lombok 700 frekuensi di batalkan Kerugian selama 3 hari saja di Bali mencapai 300 Miliar karena saking banyaknya flight cancel Hambatan lain yang juga bisa berdampak secara komersial kepada maskapai adalah masih adanya antrian untuk take off dan landing di Bandara Utama kita Soekarno Hatta sehingga bisa menyebabkan kerugian yang sia sia jumlahnya konon besar juga Bila dibanding dengan negara negara tetangga kita seperti Singapura Malaysia dan Thailand maskapai di Indonesia juga kurang mendukung akibat masih ada selisih harga avtuur dengan ke 3 negara tersebut padahal komponen avtuur bisa menyedot cost operasional dengan prosentase sampai dengan 35 dari total semua cost operasional Perkembangan bisnis penerbangan di Indonesia sangat berkembang dengan pesat sejak dimulai tahun 2001 awal kelahiran maskapai LCC yang mana ini tidak pernah kita bayangkan sebelum tahun 2000 Setiap tahun mulai tahun 2002 pertumbuhan penumpang jasa angkutan moda transportasi udara menembuk tidak kurang dari dua digit Perkembangan bisnis penerbangan komersial di Indonesia ...secara nyata memang berdampak positif untuk masyarakat Indonesia secara keseluruhan Tarif yang terjangkau mengakibatkan shiffting market penumpang kapal laut ke angkutan udara memang pada awal awalnya berdampak ke jumlah penumpang kapal laut Pelni Namun sejalan dengan waktu semua akhirnya terjadi equilibrium juga antara penumpang udara dan kapal laut Karena memang potensi negara kita dengan jumlah penduduk 260 juta semua pada akhirnya bisa memilih model transportasi yang menurut nya paling terjangkau Dengan jumlah bandara yang dikelola Angkasa Pura I dan II ada sekitar 30 bandara dan 230 an bandara yang kecil yang hanya bisa didarati pesawat Cessna Twin Otter dan Grand Caravan sungguh negara Indonesia merupakan market yang sangat besar untuk tetap bisa di eksplore maskapai penerbangan domestik Hingga tahun 2019 diharapkan penumpang udara komersial akan bisa menembus angka 100 juta penumpang Namun kisah sukses semua diatas bukan tanpa kendala dan hambatan Beberapa kendala yang tetap menghadang dunia bisnis penerbangan di Indonesia adalah banyaknya gangguan dari letupan gunung merapai di Indonesia Beberapa gunung berapi yang sering meletus aktif dan sangat mengganggu penerbangan di Indonesia ada gunung Sinabung Gunung Raung Gunung Merapi Gunung Agung Gunung Lokon Gunung Gamalama Sebagai gambaran saja seminggu Gunung Agung di Bali aktif awal desember 2017 dalam 3 hari saja terjadi pembatalan flight in maupun out ke Denpasar dan Lombok 700 frekuensi di batalkan Kerugian selama 3 hari saja di Bali mencapai 300 Miliar karena saking banyaknya flight cancel Hambatan lain yang juga bisa berdampak secara komersial kepada maskapai adalah masih adanya antrian untuk take off dan landing di Bandara Utama kita Soekarno Hatta sehingga bisa menyebabkan kerugian yang sia sia jumlahnya konon besar juga Bila dibanding dengan negara negara tetangga kita seperti Singapura Malaysia dan Thailand maskapai di Indonesia juga kurang mendukung akibat masih ada selisih harga avtuur dengan ke 3 negara tersebut padahal komponen avtuur bisa menyedot cost operasional dengan prosentase sampai dengan 35 dari total semua cost operasional