Sinopsis: Serat Centhini adalah karya sastra Jawa yang sangat istimewa, terdiri dari 12 jilid dengan ketebalan mencapai 4.200 halaman folio. Naskah ini mulai ditulis pada bulan Januari 1814 dan selesai pada tahun 1823. Ide penulisan lahir dari Adipati Anom Amangkunegara III, yang kelak menjadi Sunan Pakubuwana V, yang memerintahkan tiga pujangga istana—Raden Ngabehi Ranggasutrasna, Raden Ngabehi Yasadipura II, dan Raden Ngabehi Sastradipura (Kiai Haji Ahmad Ilhar)—untuk menuliskan karya yang menggambarkan perjalanan spiritual dan kehidupan bermasyarakat dalam konteks Islam. Karya ini merupakan hasil perjalanan dan pengamatan ketiga pujangga tersebut, termasuk perjalanan ke Mekkah untuk menunaikan ibadah haji, yang menjadi dasar penulisan. Serat Centhini memiliki enam versi utama, termasuk Serat Centhini Baku, Persembahan Pakubuwana VII ke Negeri Belanda, dan variasi berdasarkan bahasa Jawa dan daerah. Naskah ini juga melibatkan proses penulisan ulang secara manual karena belum ada mesin cetak, sehingga terdapat perbedaan antara naskah asli dan turunannya. Dalam konteks karya ini, salah satu bagian yang diterbitkan adalah *Serat Centhini 5: Pertobatan Cebolang - Syekh Amongraga Menjemput Jodoh*, yang membahas kisah pertobatan dan perjalanan spiritual tokoh-tokoh keagamaan dalam konteks tasawuf dan kehidupan bermasyarakat. Karya ini tidak hanya menjadi sumber keilmuan, tetapi juga memiliki nilai sastra yang tinggi, dengan bahasa Jawa yang kaya dan penuh makna.
Berkisah tentang pertobatan Cebolang dan Syekh Amongraga dalam menjemput jodoh