Kita terjebak di toko pakaian yang menutup dirinya ketika semua orang telanjang Selama lima tahun ini saya hidup di kota Kairo Orang desa yang terbiasa dengan kelambanan ini harus mengais sisa sisa diri sendiri yang setiap hari mampat di gorong gorong gelap kota ini Lalu saya pun bertanya Di manakah letak puisi di tengah pusaran kalkulasi Apakah puisi masih berguna Kalau iya lantas untuk apa Untuk hiburan dari penatnya menjalani rutinitas harian Di tengah kota tanah yang tanpa penduduk justru karena penuh sesak diduduki orang puisi bisa saja bunuh diri seperti kebanyakan orang depresi Tetapi puisi adalah kesunyian masing masing barangkali seperti nasib Lantas kenapa jika puisi adalah kesunyian Di kota bukan tidak mungkin ada kesunyian Kesunyian itu masih ada tapi orang tak pernah merasakan kelambanan Dan puisi dengan lapisan maknanya tak mungkin terhayati tanpa kelambanan Harus saya akui puisi yang saya tulis adalah perpaduan antara kelambanan dan keserba cepatan antara desa dan kota Saya orang desa yang masih suka menghayati segala hal Jika dulu saya menghayati alam yang hijau para lelaki yang ke sawah dengan bibir mengapit kretek dan para perempuan yang mengepulkan dapur di kota saya pun masih bisa menghayati gedung gedung yang berjejer lalu lintas kendaraan yang padat dan kepala orang yang dijajah oleh keinginan yang tak sepadan dengan jumlah nominal di saku mereka Pada akhirnya saya pun menemukan fosil fosil makna di tengah tumpukan ketidak bermaknaan Puisi yang tadinya saya bayangkan telah gantung diri di tengah kota ternyata hanyalah mimpi kesepuluh mimpi masehi setelah sembilan mimpi sebelum masehi M S ArifinKita terjebak di toko pakaian yang menutup dirinya ketika semua orang telanjang Selama lima tahun ini saya hidup di kota Kairo Orang desa yang terbiasa dengan kelambanan ini harus mengais sisa sisa diri sendiri yang setiap hari mampat di gorong gorong gelap kota ini Lalu saya pun bertanya Di manakah ...letak puisi di tengah pusaran kalkulasi Apakah puisi masih berguna Kalau iya lantas untuk apa Untuk hiburan dari penatnya menjalani rutinitas harian Di tengah kota tanah yang tanpa penduduk justru karena penuh sesak diduduki orang puisi bisa saja bunuh diri seperti kebanyakan orang depresi Tetapi puisi adalah kesunyian masing masing barangkali seperti nasib Lantas kenapa jika puisi adalah kesunyian Di kota bukan tidak mungkin ada kesunyian Kesunyian itu masih ada tapi orang tak pernah merasakan kelambanan Dan puisi dengan lapisan maknanya tak mungkin terhayati tanpa kelambanan Harus saya akui puisi yang saya tulis adalah perpaduan antara kelambanan dan keserba cepatan antara desa dan kota Saya orang desa yang masih suka menghayati segala hal Jika dulu saya menghayati alam yang hijau para lelaki yang ke sawah dengan bibir mengapit kretek dan para perempuan yang mengepulkan dapur di kota saya pun masih bisa menghayati gedung gedung yang berjejer lalu lintas kendaraan yang padat dan kepala orang yang dijajah oleh keinginan yang tak sepadan dengan jumlah nominal di saku mereka Pada akhirnya saya pun menemukan fosil fosil makna di tengah tumpukan ketidak bermaknaan Puisi yang tadinya saya bayangkan telah gantung diri di tengah kota ternyata hanyalah mimpi kesepuluh mimpi masehi setelah sembilan mimpi sebelum masehi M S Arifin