Tara Kakak kangen kamu aku tersedu memukuli dadaku sendiri sejak kapan aku menjadi cengeng begini Namun rasa sesak yang kutahan justru membuahkan isak yang tak kunjung reda Jika tahu Tara akan pergi aku akan pulang aku tak akan menunda tiket keretaku saat itu Berlarut larut aku menyalahkan diriku sendiri karena tak bisa mendampinginya lagi Aku segera keluar dari kamar itu dan menutup ruangannya serapat mungkin dengan dentuman kecil Pada waktu yang sama Ibu keluar dari kamar Bapak menyembunyikan tangannya yang gemetar Pemandangan yang biasa kusaksikan meskipun tetap saja tak membuatku tenang hingga sekarang Aku menghampiri Ibu kudekap tangannya dalam genggamanku basah karena air mata Ibu mulai menyeka air matanya menggunakan bahu yang masih naik turun menunjukkan lubuk hati yang bergejolak Tara Kakak kangen kamu aku tersedu memukuli dadaku sendiri sejak kapan aku menjadi cengeng begini Namun rasa sesak yang kutahan justru membuahkan isak yang tak kunjung reda Jika tahu Tara akan pergi aku akan pulang aku tak akan menunda tiket keretaku saat itu Berlarut larut aku menyalahkan diriku sendiri ...karena tak bisa mendampinginya lagi Aku segera keluar dari kamar itu dan menutup ruangannya serapat mungkin dengan dentuman kecil Pada waktu yang sama Ibu keluar dari kamar Bapak menyembunyikan tangannya yang gemetar Pemandangan yang biasa kusaksikan meskipun tetap saja tak membuatku tenang hingga sekarang Aku menghampiri Ibu kudekap tangannya dalam genggamanku basah karena air mata Ibu mulai menyeka air matanya menggunakan bahu yang masih naik turun menunjukkan lubuk hati yang bergejolak