Sinopsis: Di tengah keheningan dan ketenangan Pesantren Bambu Ireng, sebuah kejadian tak terduga mengguncang suasana. Seorang pesakitan, yang diduga sebagai pencuri, menjadi pusat perhatian para santri. Meski berusaha menahan rasa sakit dan kelelahan, ia tetap dihukum secara adat oleh para santri yang marah dan terpanggil untuk membalas kejahatannya. Di tengah keributan itu, Kiai Hasan, tokoh spiritual yang bijak dan penuh wibawa, muncul untuk memberi keadilan dan keputusan yang seimbang. Dengan penuh kebijaksanaan, ia menghadapi kasus ini, menunjukkan bagaimana keadilan dalam konteks budaya pesantren tidak selalu bersifat kasar, melainkan juga penuh kepekaan dan kesabaran. Buku ini menggambarkan kehidupan sehari-hari di pesantren, menggambarkan konflik, keadilan, dan kebijaksanaan dalam penerapan nilai-nilai agama dan kehidupan bermasyarakat.
Novel teenlit pesantren yang mengisahkan tentang kenekatan seorang santri tentu menarik adanya Sebagai seorang santri Jaka memang terbilang nekat Benar benar nekat Gimana enggak ia berargumen kalau cinta itu melulu urusan hati Bukan urusan Gus atau urusan seorang Kiai Makanya ia berani menaruh cinta pada ningnya puteri kiainya Ummu Mufidah Meskipun ia asalnya adalah preman tukang nyolong yang kesasar jadi murid sang kiai