Sinopsis: Buku ini menceritakan kisah tiga saudara putra raja yang memiliki kepribadian dan kecerdasan yang berbeda. Si Sulung dan Si Tengah dianggap sebagai saudara yang paling cerdas, tetapi keduanya justru gagal dalam menghadapi tantangan yang dihadapkan kepada mereka. Mereka terperosok ke dalam kehidupan yang liar dan tidak beraturan, hingga tidak pernah kembali ke negara asalnya. Sementara itu, Si Bungsu yang dikenal dengan sebutan Si Dungu, meskipun dianggap tidak pintar, justru menunjukkan kegigihan dan keberanian yang luar biasa. Dalam perjalanan mencari saudara-saudaranya, Si Dungu menemukan bahwa mereka justru mengejeknya karena mengira dirinya tidak mampu bertahan di dunia luar. Namun, Si Dungu tidak menyerah. Ia berpetualang bersama mereka, dan ketiganya sampai di sebuah bukit semut. Si Sulung dan Si Tengah ingin menghancurkan bukit semut itu, tetapi Si Dungu justru memilih untuk menjaga keharmonisan dan menghormati kehidupan makhluk-makhluk di sekitarnya. Kisah ini juga menggambarkan perjalanan ikan salmon yang berenang ke hulu sungai untuk bertelur, meskipun menghadapi rintangan yang luar biasa. Ini menjadi simbol dari tekad dan semangat yang seharusnya dimiliki manusia dalam memperjuangkan sesuatu yang mereka yakini. Selain itu, buku ini juga mengisahkan tantangan yang dihadapi oleh Si Sulung dan Si Tengah dalam menjalani tugas-tugas yang dianggap mustahil, hingga akhirnya keduanya berubah menjadi batu. Sementara itu, Si Dungu, meskipun dianggap dungu, justru menunjukkan keberanian dan kejujuran yang luar biasa, menjadi contoh bagaimana kebaikan dan kejujuran dapat memperoleh hasil yang lebih baik. Kisah ini mengajarkan bahwa kecerdasan bukan hanya tentang ke pintaran, tetapi juga tentang kejujuran, keberanian, dan kegigihan dalam menghadapi tantangan hidup. Buku ini menegaskan bahwa setiap orang memiliki nilai dan keunikan yang bisa menjadi sumber kekuatan untuk memperjuangkan hal-hal yang benar.
Sinopsis: Buku ini menceritakan kisah tiga saudara putra raja yang memiliki kepribadian dan kecerdasan yang berbeda. Si Sulung dan Si Tengah dianggap sebagai saudara yang paling cerdas, tetapi keduanya justru gagal dalam menghadapi tantangan yang dihadapkan kepada mereka. Mereka terperosok ke dalam kehidupan yang liar dan tidak beraturan, hingga tidak pernah kembali ke negara asalnya. Sementara itu, Si Bungsu yang dikenal dengan sebutan Si Dungu, meskipun dianggap tidak pintar, justru menunjukkan kegigihan dan keberanian yang luar biasa. Dalam perjalanan mencari saudara-saudaranya, Si Dungu menemukan bahwa mereka justru mengejeknya karena mengira dirinya tidak mampu bertahan di dunia luar. Namun, Si Dungu tidak menyerah. Ia berpetualang bersama mereka, dan ketiganya sampai di sebuah bukit semut. Si Sulung dan Si Tengah ingin menghancurkan bukit semut itu, tetapi Si Dungu justru memilih untuk menjaga keharmonisan dan menghormati kehidupan makhluk-makhluk di sekitarnya. Kisah ini juga menggambarkan perjalanan ikan salmon yang berenang ke hulu sungai untuk bertelur, meskipun menghadapi rintangan yang luar biasa. Ini menjadi simbol dari tekad dan semangat yang seharusnya dimiliki manusia dalam memperjuangkan sesuatu yang mereka yakini. Selain itu, buku ini juga mengisahkan tantangan yang dihadapi oleh Si Sulung dan Si Tengah dalam menjalani tugas-tugas yang dianggap mustahil, hingga akhirnya keduanya berubah menjadi batu. Sementara itu, Si Dungu, meskipun dianggap dungu, justru menunjukkan keberanian dan kejujuran yang luar biasa, menjadi contoh bagaimana kebaikan dan kejujuran dapat memperoleh hasil yang lebih baik. Kisah ini mengajarkan bahwa kecerdasan bukan hanya tentang ke pintaran, tetapi juga tentang kejujuran, keberanian, dan kegigihan dalam menghadapi tantangan hidup. Buku ini menegaskan bahwa setiap orang memiliki nilai dan keunikan yang bisa menjadi sumber kekuatan untuk memperjuangkan hal-hal yang benar.
Jumlah Halaman | 80 |
---|---|
Kategori | Pustaka Anak |
Penerbit | Gramatical |
Tahun Terbit | 2016 |
ISBN | proses |
eISBN |