Sinopsis Buku: Buku ini menghadirkan kumpulan puisi yang menggambarkan perasaan, kehidupan, dan refleksi batin dalam bentuk kata-kata yang penuh makna. Dari karya Neni Eka Wulandari, kita menyaksikan perasaan seorang ibu yang penuh kasih dan rindu, dengan cara yang puitis dan mendalam. Ibu digambarkan sebagai simbol kehangatan dan kekuatan, yang menyimpan kepedulian, harapan, dan juga kesedihan dalam relung hatinya. Puisi ini menggambarkan kehidupan yang penuh dengan kehangatan, kesedihan, dan juga kecemasan, seperti dalam baris: *“Di relung ibu ada bara, bongkah membara membakar sunyi di hatinya sendiri.”* Di sisi lain, karya Wika G. Wulandari, *“Patung Yesus di Makam Kampung”*, menggambarkan penderitaan dan kekecewaan yang dialami oleh tokoh utamanya, Owek, yang meninggalkan Poso akibat kejadian yang menyedihkan. Puisi ini menyoroti jarak sebagai belati yang memisahkan, serta keharusan untuk berdamai dengan masa lalu. Dalam puisi ini, kita juga melihat bagaimana kehidupan diperlakukan dengan penuh kekecewaan dan ketidakberdayaan, tetapi tetap ada harapan yang terselip di antara kesedihan. Karya Anggun Widi Nugroho, *“Tuhan di Pojok Kamar Mandi”*, menggambarkan kehidupan sehari-hari yang penuh dengan ritual ibadah, tetapi juga menyimpan kebencian, kebohongan, dan keraguan. Puisi ini menggambarkan kehadiran Tuhan dalam momen-momen yang paling sederhana, bahkan dalam keadaan yang paling tidak terduga, seperti di pojok kamar mandi. Puisi-puisi dalam buku ini juga mencerminkan kehidupan yang penuh dengan cinta, konflik, dan kekecewaan, seperti dalam karya Agil Febrianto, *“Tercinta”*, yang menggambarkan bagaimana cinta bisa membuat manusia bertahan meski dalam keadaan yang gelap dan penuh kebimbangan. Puisi ini juga mengungkapkan ketidakmampuan untuk memahami satu sama lain, meskipun berusaha untuk saling mendekati. Seluruh karya dalam buku ini menggambarkan kehidupan yang penuh makna, dengan berbagai emosi, refleksi, dan perasaan yang mendalam. Dari kehangatan dan kasih ibu, hingga kekecewaan, keraguan, dan harapan, puisi-puisi ini memberikan gambaran yang jujur dan puitis tentang kehidupan manusia yang kompleks dan penuh makna.
Sinopsis Buku: Buku ini menghadirkan kumpulan puisi yang menggambarkan perasaan, kehidupan, dan refleksi batin dalam bentuk kata-kata yang penuh makna. Dari karya Neni Eka Wulandari, kita menyaksikan perasaan seorang ibu yang penuh kasih dan rindu, dengan cara yang puitis dan mendalam. Ibu digambarkan sebagai simbol kehangatan dan kekuatan, yang menyimpan kepedulian, harapan, dan juga kesedihan dalam relung hatinya. Puisi ini menggambarkan kehidupan yang penuh dengan kehangatan, kesedihan, dan juga kecemasan, seperti dalam baris: *“Di relung ibu ada bara, bongkah membara membakar sunyi di hatinya sendiri.”* Di sisi lain, karya Wika G. Wulandari, *“Patung Yesus di Makam Kampung”*, menggambarkan penderitaan dan kekecewaan yang dialami oleh tokoh utamanya, Owek, yang meninggalkan Poso akibat kejadian yang menyedihkan. Puisi ini menyoroti jarak sebagai belati yang memisahkan, serta keharusan untuk berdamai dengan masa lalu. Dalam puisi ini, kita juga melihat bagaimana kehidupan diperlakukan dengan penuh kekecewaan dan ketidakberdayaan, tetapi tetap ada harapan yang terselip di antara kesedihan. Karya Anggun Widi Nugroho, *“Tuhan di Pojok Kamar Mandi”*, menggambarkan kehidupan sehari-hari yang penuh dengan ritual ibadah, tetapi juga menyimpan kebencian, kebohongan, dan keraguan. Puisi ini menggambarkan kehadiran Tuhan dalam momen-momen yang paling sederhana, bahkan dalam keadaan yang paling tidak terduga, seperti di pojok kamar mandi. Puisi-puisi dalam buku ini juga mencerminkan kehidupan yang penuh dengan cinta, konflik, dan kekecewaan, seperti dalam karya Agil Febrianto, *“Tercinta”*, yang menggambarkan bagaimana cinta bisa membuat manusia bertahan meski dalam keadaan yang gelap dan penuh kebimbangan. Puisi ini juga mengungkapkan ketidakmampuan untuk memahami satu sama lain, meskipun berusaha untuk saling mendekati. Seluruh karya dalam buku ini menggambarkan kehidupan yang penuh makna, dengan berbagai emosi, refleksi, dan perasaan yang mendalam. Dari kehangatan dan kasih ibu, hingga kekecewaan, keraguan, dan harapan, puisi-puisi ini memberikan gambaran yang jujur dan puitis tentang kehidupan manusia yang kompleks dan penuh makna.