Sinopsis Buku: Buku ini menjelaskan pentingnya meningkatkan minat baca dan literasi di Indonesia, dengan fokus pada peran teknologi dan inisiatif-inisiatif yang berupaya mengaksesi masyarakat untuk lebih banyak membaca. Penulis mengupas bagaimana penggunaan telepon pintar yang semakin luas memudahkan akses terhadap bahan bacaan, terutama melalui format digital atau e-book yang dirancang khusus untuk smartphone. Dengan mengacu pada upaya Pusat Data dan Analisa TEMPO, buku ini menyoroti produksi e-book yang beragam, mulai dari kesehatan, pendidikan, hingga hiburan, yang bertujuan untuk meningkatkan minat baca di berbagai kalangan. Selain itu, buku ini juga membahas dampak dari survei literasi yang bisa menjadi *good news* atau *bad news* tergantung pada respons pemerintah dan masyarakat. Hasil survei tersebut mendorong berbagai inisiatif, seperti program pengiriman buku gratis oleh Duta Baca Indonesia, gerakan literasi sekolah, dan program peningkatan minat baca di berbagai daerah. Dalam konteks ini, buku ini juga menyajikan peran penting dari lembaga-lembaga seperti PT Pos Indonesia, serta upaya-upaya yang dilakukan oleh tokoh-tokoh seperti Najwa Shihab dan Ridwan Kamil. Buku ini juga menyentuh polemik antara nilai Islam dan Barat, mengulas pandangan yang berbeda mengenai peradaban, hak asasi manusia, dan kebudayaan. Dalam konteks ini, penulis menyampaikan kritik terhadap pandangan Samuel Huntington yang menganggap terjadi benturan antara peradaban Islam dan Barat, dan menegaskan bahwa nilai-nilai Barat dapat diterapkan secara lintas kebudayaan, sebagaimana diungkapkan oleh Sir V.S. Naipaul. Selain itu, buku ini juga menyebutkan Undang-Undang Hak Cipta yang menjadi dasar perlindungan karya-karya cipta, serta konsekuensi pidana bagi pelanggaran hak cipta yang dilakukan tanpa izin. Tujuan utama buku ini adalah memberikan pemahaman mendalam tentang pentingnya literasi, peran teknologi dalam meningkatkan minat baca, serta tantangan dan peluang dalam membangun masyarakat yang lebih berliterasi.
Islam kini menghadapi dilema yang sama Upaya untuk menyatukan politik dan agama telah memecah belah kalangan muslim seperti yang dialami kaum Nasrani di Eropa Para pemimpin Barat telah bersikap benar dan bukan semata mata karena kepentingan diri ketika menyatakan bahwa konflik sekarang ini bukanlah dengan Islam sebuah agama yang sangat heterogen yang tidak menyepakati kehadiran sebuah lembaga pemilik otoritas atas interpretasi doktrin Antitoleransi dan fundamentalisme adalah salah satu bentuk pilihan bagi kalangan muslim tapi Islam tetap harus menjawab persoalan sekularisme dan kebutuhan terhadap toleransi antar agama seperti terlihat dari gejolak reformasi yang sedang menggelora di negara penganut teokrasi seperti Iran
Jumlah Halaman | 56 |
---|---|
Kategori | Sosial |
Penerbit | Tempo Publishing |
Tahun Terbit | 2021 |
ISBN | - |
eISBN | 978-623-05-1130-1 |