Sinopsis Buku: Buku ini menggambarkan kritik terhadap perkembangan ilmu pengetahuan yang terkontaminasi oleh kepentingan pihak tertentu, yang dianggap telah mengabaikan sisi humanis dalam proses industrialisasi ilmu. Penulis menjelaskan bahwa perkembangan ilmu pengetahuan modern telah mengabaikan nilai-nilai humanitas, sehingga menimbulkan kekhawatiran terhadap keberlanjutan nilai-nilai budaya, adat istiadat, dan kearifan lokal di berbagai negara. Dalam konteks ini, muncul gerakan pemikiran pascamodernisme sebagai upaya untuk menolak dominasi ilmu pengetahuan yang bersifat seragam dan mengabaikan keunikan lokal. Penulis menyoroti bahwa pemikiran pascamodernisme memiliki perbedaan yang signifikan, di antaranya Lyotard dan Geldner yang menganggap pascamodernisme sebagai pemutusan total dari modernisme, sedangkan Derrida, Foucault, dan Baudrillard melihatnya sebagai bentuk radikal dari kemodernan yang berujung pada teori yang diseragamkan. Buku ini juga mengkritik sistem kapitalisme dan struktur kekuasaan yang menghisap kekuatan manusia, menyebabkan subyek menjadi tersubordinasi, terkomodifikasi, dan teralienasi. Dalam upaya mengembalikan peran ilmu pengetahuan sebagai alat pencerahan, teori posmodern berupaya menegakkan kembali visi ilmu pengetahuan yang sejatinya, yaitu mendorong otonomi, independensi, dan kesadaran humanis setiap individu. Buku ini menekankan pentingnya keseimbangan antara akal budi dan budi pekerti dalam menjalani kehidupan, serta menjadikan ilmu pengetahuan sebagai alat untuk memecahkan masalah nyata, bukan alat untuk menghamba pada kekuasaan.
Sinopsis Buku: Buku ini menggambarkan kritik terhadap perkembangan ilmu pengetahuan yang terkontaminasi oleh kepentingan pihak tertentu, yang dianggap telah mengabaikan sisi humanis dalam proses industrialisasi ilmu. Penulis menjelaskan bahwa perkembangan ilmu pengetahuan modern telah mengabaikan nilai-nilai humanitas, sehingga menimbulkan kekhawatiran terhadap keberlanjutan nilai-nilai budaya, adat istiadat, dan kearifan lokal di berbagai negara. Dalam konteks ini, muncul gerakan pemikiran pascamodernisme sebagai upaya untuk menolak dominasi ilmu pengetahuan yang bersifat seragam dan mengabaikan keunikan lokal. Penulis menyoroti bahwa pemikiran pascamodernisme memiliki perbedaan yang signifikan, di antaranya Lyotard dan Geldner yang menganggap pascamodernisme sebagai pemutusan total dari modernisme, sedangkan Derrida, Foucault, dan Baudrillard melihatnya sebagai bentuk radikal dari kemodernan yang berujung pada teori yang diseragamkan. Buku ini juga mengkritik sistem kapitalisme dan struktur kekuasaan yang menghisap kekuatan manusia, menyebabkan subyek menjadi tersubordinasi, terkomodifikasi, dan teralienasi. Dalam upaya mengembalikan peran ilmu pengetahuan sebagai alat pencerahan, teori posmodern berupaya menegakkan kembali visi ilmu pengetahuan yang sejatinya, yaitu mendorong otonomi, independensi, dan kesadaran humanis setiap individu. Buku ini menekankan pentingnya keseimbangan antara akal budi dan budi pekerti dalam menjalani kehidupan, serta menjadikan ilmu pengetahuan sebagai alat untuk memecahkan masalah nyata, bukan alat untuk menghamba pada kekuasaan.
Jumlah Halaman | 144 |
---|---|
Kategori | Sosial |
Penerbit | Media Nusa Creative |
Tahun Terbit | 2016 |
ISBN | 978-602-0839-97-4 |
eISBN |