Sinopsis: Di tengah kehidupan yang penuh tantangan, seorang perempuan bernama Yatinah menghadapi berbagai tekanan dalam keluarganya. Dalam kehidupan sehari-hari yang sederhana, Yatinah dan keluarganya mengandalkan sumber daya terbatas, seperti air yang diambil dari kali, jemblok yang digunakan untuk menampung air, dan beras yang menjadi kebutuhan pokok. Namun, kebutuhan dasar ini justru menjadi sumber konflik ketika suaminya, yang seharusnya menjadi penyangga ekonomi keluarga, tiba-tiba menghilang dan tidak memberikan uang yang seharusnya digunakan untuk memenuhi kebutuhan keluarga, terutama untuk membeli beras. Ketegangan dalam keluarga semakin memuncak ketika Yatinah meminta uang untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, tetapi balasan yang diterimanya justru berupa kekecewaan dan pemukulan. Kekerasan yang dialaminya membuatnya terguncang, bahkan sampai terbaring lemah di balai beralas tikar. Dalam keadaan yang sulit ini, Yatinah tidak hanya menghadapi tekanan dari dalam keluarga, tetapi juga stigma masyarakat yang menganggapnya sebagai orang yang "kerasukan" karena memiliki balung kuning, sebuah simbol yang dianggap memiliki kekuatan magis. Dalam kisah ini, Yatinah menjadi simbol perempuan yang berjuang di lini pertahanan, bukan hanya dalam hal fisik, tetapi juga dalam menghadapi tantangan sosial, ekonomi, dan budaya yang sering kali tidak mengakui peran dan kekuatan perempuan. Buku ini menggambarkan perjalanan Yatinah dari kehidupan yang sederhana hingga menghadapi krisis yang menguji ketangguhan dan kekuatan mentalnya.
Sinopsis: Di tengah kehidupan yang penuh tantangan, seorang perempuan bernama Yatinah menghadapi berbagai tekanan dalam keluarganya. Dalam kehidupan sehari-hari yang sederhana, Yatinah dan keluarganya mengandalkan sumber daya terbatas, seperti air yang diambil dari kali, jemblok yang digunakan untuk menampung air, dan beras yang menjadi kebutuhan pokok. Namun, kebutuhan dasar ini justru menjadi sumber konflik ketika suaminya, yang seharusnya menjadi penyangga ekonomi keluarga, tiba-tiba menghilang dan tidak memberikan uang yang seharusnya digunakan untuk memenuhi kebutuhan keluarga, terutama untuk membeli beras. Ketegangan dalam keluarga semakin memuncak ketika Yatinah meminta uang untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, tetapi balasan yang diterimanya justru berupa kekecewaan dan pemukulan. Kekerasan yang dialaminya membuatnya terguncang, bahkan sampai terbaring lemah di balai beralas tikar. Dalam keadaan yang sulit ini, Yatinah tidak hanya menghadapi tekanan dari dalam keluarga, tetapi juga stigma masyarakat yang menganggapnya sebagai orang yang \"kerasukan\" karena memiliki balung kuning, sebuah simbol yang dianggap memiliki kekuatan magis. Dalam kisah ini, Yatinah menjadi simbol perempuan yang berjuang di lini pertahanan, bukan hanya dalam hal fisik, tetapi juga dalam menghadapi tantangan sosial, ekonomi, dan budaya yang sering kali tidak mengakui peran dan kekuatan perempuan. Buku ini menggambarkan perjalanan Yatinah dari kehidupan yang sederhana hingga menghadapi krisis yang menguji ketangguhan dan kekuatan mentalnya.
Jumlah Halaman | 96 |
---|---|
Kategori | Novel |
Penerbit | PT. Mediaguru Digital Indonesia |
Tahun Terbit | 2018 |
ISBN | 978-602-5905-61-2 |
eISBN |