Tahun 2015 2016 aku mengalami kemacetan menulis cerita Pertimbangan adalah biang keladinya Mau menulis begini nanti dikira mengekor penulis A mau menulis begitu nanti dikira pengikut mazhab B mau menuliskan ide X ternyata sudah pernah dituliskan oleh cerpenis Z dan macam macam Suatu hari aku terbangun karena bermimpi keran kencingku digigit kucing Detail visual dan suasana mimpi itu masih menempel di benakku Konyol tak terduga dan rasa linunya masih tersisa Dengan kondisi setengah sadar aku bergerak ke meja ketik duduk menghadap dokumen kosong yang lupa kututup sebelum tidur Kusalin semua gambar bergerak dalam kepalaku dengan secepat mungkin Ketika sampai pada adegan gigitan kucing aku tersentak refleks menarik tangan dari keyboard ke celana Setelah itu barulah kesadaranku sepenuhnya kembali dan di sana kulihat tulisan sepanjang tujuh halaman Kubaca baca sambil membenarkan huruf huruf yang salah jalur Beres membaca aku tercenung Kucing umpatku takjub Ini baru namanya cerita Kausal mengejutkan dan selesai Selama kurang lebih empat tahun aku berusaha mengakrabi mimpi Dua puluh satu di antara ratusan transkripsi mimpi itu kuterbitkan dalam buku Pemuda Celaka Ciuman Italia ini Keganjilan latar sudut pandang dan alur mimpi sengaja kupertahankan untuk menunjukkan bahwa masing masing mimpi punya aturan main atau logikanya sendiri kendati nyatanya mimpi mimpi itu pun berjalan layaknya caraku menulis cerita dengan kerap memakai prinsip penggantian berdasarkan kemiripan ciri tertentu dan penggabungan beberapa unsur menjadi satu kesatuan atau singkatnya substitusi dan kondensasi Dan karenanya kemudian aku bertanya tanya jika cerita mimpi memiliki banyak kesamaan dengan cerpen karya sastra apakah transkripsi mimpi bisa dianggap sebagai karya sastra Jika demikian apakah semua orang yang bisa menuliskan mimpinya berarti bisa menciptakan karya sastra Sebenarnya apa itu karya sastra Apa itu mimpi Muhammad Qadhafi