Sinopsis Buku: Di sebuah desa di Bali pada masa lampau, hiduplah seorang lelaki bernama Pan Balang Tamak. Ia dikenal sebagai sosok yang licik, cerdik, pembohong, sombong, pemalas, dan jarang bergaul dengan orang lain. Orang-orang di desanya tidak menyukainya, termasuk Kepala Desa yang juga tidak menyukainya. Kepala Desa memutuskan untuk menghukum Pan Balang Tamak. Ia memerintahkan seluruh warga desa untuk melakukan perburuan bersama, dengan ancaman hukuman denda bagi siapa pun yang tidak mengikuti perintahnya. Pan Balang Tamak, dengan siasat liciknya, menghindari keikutsertaan dalam perburuan dengan cara memanipulasi keadaan. Ia menunjuk arah yang salah dan membiarkan warga desa mengejar babi hutan, sementara ia sendiri duduk dan membersihkan luka anjingnya. Perburuan berakhir dengan kekosongan, dan Kepala Desa memutuskan untuk menghukum Pan Balang Tamak. Namun, Pan Balang Tamak berusaha untuk membela diri dengan menunjukkan bahwa ia telah mematuhi perintah Kepala Desa. Ia kemudian menggunakan siasat lain dengan menantang warga desa untuk memakan tahi anjing di depan Balai Desa, dengan janji membayar sepuluh ringgit bagi yang berani melakukannya. Dengan kecerdikan dan siasat yang licik, Pan Balang Tamak akhirnya berhasil menghindari hukuman denda. Buku ini menggambarkan kehidupan masyarakat Bali masa lampau, sifat manusia yang kompleks, serta bagaimana kecerdikan dan kebohongan dapat menjadi alat untuk berkelaku dalam kehidupan sosial. Cerita ini juga menggambarkan keadilan dan ketidakadilan dalam sistem hukum tradisional, serta bagaimana seseorang dapat mencari jalan keluar dari kesulitan dengan cara yang tidak konvensional.
Sinopsis Buku: Di sebuah desa di Bali pada masa lampau, hiduplah seorang lelaki bernama Pan Balang Tamak. Ia dikenal sebagai sosok yang licik, cerdik, pembohong, sombong, pemalas, dan jarang bergaul dengan orang lain. Orang-orang di desanya tidak menyukainya, termasuk Kepala Desa yang juga tidak menyukainya. Kepala Desa memutuskan untuk menghukum Pan Balang Tamak. Ia memerintahkan seluruh warga desa untuk melakukan perburuan bersama, dengan ancaman hukuman denda bagi siapa pun yang tidak mengikuti perintahnya. Pan Balang Tamak, dengan siasat liciknya, menghindari keikutsertaan dalam perburuan dengan cara memanipulasi keadaan. Ia menunjuk arah yang salah dan membiarkan warga desa mengejar babi hutan, sementara ia sendiri duduk dan membersihkan luka anjingnya. Perburuan berakhir dengan kekosongan, dan Kepala Desa memutuskan untuk menghukum Pan Balang Tamak. Namun, Pan Balang Tamak berusaha untuk membela diri dengan menunjukkan bahwa ia telah mematuhi perintah Kepala Desa. Ia kemudian menggunakan siasat lain dengan menantang warga desa untuk memakan tahi anjing di depan Balai Desa, dengan janji membayar sepuluh ringgit bagi yang berani melakukannya. Dengan kecerdikan dan siasat yang licik, Pan Balang Tamak akhirnya berhasil menghindari hukuman denda. Buku ini menggambarkan kehidupan masyarakat Bali masa lampau, sifat manusia yang kompleks, serta bagaimana kecerdikan dan kebohongan dapat menjadi alat untuk berkelaku dalam kehidupan sosial. Cerita ini juga menggambarkan keadilan dan ketidakadilan dalam sistem hukum tradisional, serta bagaimana seseorang dapat mencari jalan keluar dari kesulitan dengan cara yang tidak konvensional.
Jumlah Halaman | 35 |
---|---|
Kategori | Pustaka Anak |
Penerbit | Hikam Pustaka |
Tahun Terbit | 2021 |
ISBN | - |
eISBN | 978-623-311-773-9 |