Sinopsis: Buku ini menggambarkan perjalanan hidup dua tokoh yang berbeda namun saling terhubung dalam kehidupan yang penuh liku. Seorang direktur BUMN yang menderita diabetes tingkat provinsi, yang sebelumnya hidup dalam kesenangan dan keserakahan, kini berusaha mengubah hidupnya melalui keimanan dan kesadaran akan dosa. Ia berusaha memperbaiki diri dengan meninggalkan gaya hidup hedonis, mengganti kebiasaan buruk dengan kegiatan yang bermanfaat, dan memperhatikan keluarganya. Perubahan ini dimulai dari sebuah kata mutiara yang tertulis di dalam bungkusan cokelat, yang menjadi pengingat dan pemecah kebuntuan dalam hidupnya. Di sisi lain, seorang pemuda berusia 36 tahun yang mengalami kebencian terhadap hidupnya, karena kehilangan pekerjaan, kesepian, dan trauma cinta. Kehidupannya yang suram dan penuh tekanan membuatnya mengalami keputusasaan. Namun, dalam perjalanan ini, ia juga menemukan kekuatan untuk berubah, meski masih dalam proses. Buku ini menggambarkan perjalanan dua perubahan hidup yang berbeda, namun sama-sama menuju ke arah yang lebih baik, melalui kejujuran, keimanan, dan keberanian untuk menghadapi masa lalu.
Jika hidup seperti yang dikatakan Forrest Gump adalah ibarat sekotak cokelat Lalu sekotak cokelat seperti apa yang hidup tawarkan pada Nurmala ari ini setelah belasan tahun Nurmala akhirnya memutuskan kembali melihat laut Cahaya jingga menyinari wajahnya yang sendu Angin membelai lembut ujung jilbabnya ia memandang jauh ke kaki langit mencari jawaban mengapa nasib begitu buruk memperlakukan hidupnya uih buih air merayapi sela jari jarinya melindap dalam pasir yang melekat di kaki Nurmala Ia memandang kuarsa kuarsa bening itu tanah yang begitu ia cintai ini malah merenggut semua cintanya Belasan tahun Nurmala tersuruk suruk dalam duka berkepanjangan Pipinya basah matanya merah bibirnya yang teduh menggumamkan kerinduan Alunan syahdu itu dipadu dengan riuh rendah gemuruh ombak menyibakkan luka yang dalam Ia memang telah banyak memiliki kehilangan