Buku ini merupakan kajian neuropolitik yang membahas pilihan sosial dan pilihan politik dalam perspektif neuroscience Pendekatan neuroscience memberikan alternatif baru untuk memperkaya kajian yang sudah dilakukan Pemantik bahasan neuropolitik muncul sejak masa pemilu tahun 2019 yang menyisakan perpecahan dua kubu pendukung capres yang dikenal dengan Cebong dan Kampret Polarisasi kedua kelompok masih terjadi dalam pesta demokrasi yang akan digelar lagi pada 2024 Neuropolitik menawarkan alternatif jawaban tentang polarisasi politik yang menimbulkan perpecahan tersebut Buku ini juga menyertakan data yang memperkuat argumen tentang netralitas dan potensi polarisasi Dengan dukungan data neurosaintifik dari peneliti lain kajian di dalamnya mencoba secara komprehensif menjelaskan bagaimana individu menentukan pilihan politiknya dalam proses social decision making Pilihan politik yang selama ini dianggap rasional perlu dipertanyakan lagi Poin utama kajian neuropolitik adalah anggapan rasionalitas tersebut yakni setiap individu memiliki kehendak bebas atau free will dalam menentukan pilihannya Perdebatan tentang kehendak bebas dan rasionalitas menjadi menarik karena keduanya tak selalu sepaham Konsep free will selalu relevan dalam neuroscience yang bertugas menjelaskan cara kerja otak dalam menentukan pilihan Saat buku ini selesai ditulis Indonesia sedang menuju tahun politik Pemilu 2024 Buku menjadi relevan terutama dalam melihat votersBuku ini merupakan kajian neuropolitik yang membahas pilihan sosial dan pilihan politik dalam perspektif neuroscience Pendekatan neuroscience memberikan alternatif baru untuk memperkaya kajian yang sudah dilakukan Pemantik bahasan neuropolitik muncul sejak masa pemilu tahun 2019 yang menyisakan perpecahan dua kubu pendukung capres yang dikenal dengan Cebong dan Kampret Polarisasi kedua kelompok ...masih terjadi dalam pesta demokrasi yang akan digelar lagi pada 2024 Neuropolitik menawarkan alternatif jawaban tentang polarisasi politik yang menimbulkan perpecahan tersebut Buku ini juga menyertakan data yang memperkuat argumen tentang netralitas dan potensi polarisasi Dengan dukungan data neurosaintifik dari peneliti lain kajian di dalamnya mencoba secara komprehensif menjelaskan bagaimana individu menentukan pilihan politiknya dalam proses social decision making Pilihan politik yang selama ini dianggap rasional perlu dipertanyakan lagi Poin utama kajian neuropolitik adalah anggapan rasionalitas tersebut yakni setiap individu memiliki kehendak bebas atau free will dalam menentukan pilihannya Perdebatan tentang kehendak bebas dan rasionalitas menjadi menarik karena keduanya tak selalu sepaham Konsep free will selalu relevan dalam neuroscience yang bertugas menjelaskan cara kerja otak dalam menentukan pilihan Saat buku ini selesai ditulis Indonesia sedang menuju tahun politik Pemilu 2024 Buku menjadi relevan terutama dalam melihat voters