Yang Tunggal Yang Mutlak atau Yang Maha Tinggi adalah konsepsi konsepsi teologis yang sudah sangat lazim bagi para penganut agama agama monoteisme Dalam catatan sejarah agama agama dunia konsepsi konsepsi teologis tersebut sebenarnya telah berulang kali berbenturan dengan paganisme Konsep Tuhan Yang Maha Tunggal sering kali berbenturan dengan politeisme Konsepsi teologis Yang Mutlak berhadapan dengan henoteisme atau persepsi persepsi yang parsial temporal dan kondisional dalam memahami hakikat Tuhan Konsep Tuhan Yang Maha Tinggi juga sering kali dianggap tidak populer karena cenderung melangit atau jauh dari realitas kehidupan yang empiris Prinsip prinsip monoteisme yang bermuara pada objek sesembahan tunggal sering mengalami pasang surut sebagai konsekuensi dari proses dialogis dalam ruang kebudayaan tertentu yang melibatkan akal budi manusia Konsepsi konsepsi teologis monoteisme semacam itu merupakan buah dari gagasan abstrak yang masih sangat sulit untuk diterjemahkan ke dalam realitas kehidupan sehari hari Setiap idealisme senantiasa membutuhkan realisasi Setiap gagasan selalu membutuhkan perwujudan nyata Tujuannya agar idealitas atau gagasan terasa lebih membumi dan memiliki arti Dalam konteks teologis monoteisme gagasan tentang Tuhan yang sangat ideal abstrak membutuhkan representasi agar keberadaannya senantiasa hadir dalam realitas kehidupan sehari hari Yang Tunggal Yang Mutlak atau Yang Maha Tinggi adalah konsepsi konsepsi teologis yang sudah sangat lazim bagi para penganut agama agama monoteisme Dalam catatan sejarah agama agama dunia konsepsi konsepsi teologis tersebut sebenarnya telah berulang kali berbenturan dengan paganisme Konsep Tuhan Yang Maha Tunggal sering kali berbenturan dengan politeisme Konsepsi teologis ...Yang Mutlak berhadapan dengan henoteisme atau persepsi persepsi yang parsial temporal dan kondisional dalam memahami hakikat Tuhan Konsep Tuhan Yang Maha Tinggi juga sering kali dianggap tidak populer karena cenderung melangit atau jauh dari realitas kehidupan yang empiris Prinsip prinsip monoteisme yang bermuara pada objek sesembahan tunggal sering mengalami pasang surut sebagai konsekuensi dari proses dialogis dalam ruang kebudayaan tertentu yang melibatkan akal budi manusia Konsepsi konsepsi teologis monoteisme semacam itu merupakan buah dari gagasan abstrak yang masih sangat sulit untuk diterjemahkan ke dalam realitas kehidupan sehari hari Setiap idealisme senantiasa membutuhkan realisasi Setiap gagasan selalu membutuhkan perwujudan nyata Tujuannya agar idealitas atau gagasan terasa lebih membumi dan memiliki arti Dalam konteks teologis monoteisme gagasan tentang Tuhan yang sangat ideal abstrak membutuhkan representasi agar keberadaannya senantiasa hadir dalam realitas kehidupan sehari hari