Sinopsis Buku: Buku ini membahas perubahan struktural dan sosial dalam masyarakat adat Hubula Suku Dani di Lembah Balim, Wamena, Kabupaten Jayawijaya, Provinsi Papua, sebagai dampak dari proses pembangunan daerah pada era Otonomi Khusus (1999–2017). Penulis menggambarkan bagaimana modernisasi, globalisasi, dan akulturasi budaya telah mengubah pola kehidupan masyarakat, khususnya dalam hal hubungan gender dan peran laki-laki dalam keluarga dan masyarakat. Pada masa lalu, masyarakat adat berbasis marga memiliki kepemimpinan adat yang kuat dan sistem nilai kearifan lokal yang mengatur kehidupan keluarga dan komunitas. Namun, dalam era pembangunan, sistem tersebut mulai runtuh. Kepemimpinan adat terpecah, jati diri laki-laki sebagai pemimpin keluarga menghilang, dan tanggung jawab ekonomi semakin berat terlempar ke punggung perempuan. Akibatnya, muncul berbagai masalah sosial seperti kekerasan terhadap perempuan, penurunan kualitas kehidupan keluarga, dan ketergantungan laki-laki terhadap bantuan pemerintah. Kajian ini mengeksplorasi pergeseran perspektif laki-laki menuju model laki-laki baru yang profeminis dan egalitarian sebagai dampak positif dari proses akulturasi budaya. Penulis menekankan pentingnya pemberdayaan laki-laki dalam mewujudkan keluarga yang berbasis nilai-nilai hidup baik dan kearifan lokal. Dengan melibatkan laki-laki secara aktif dalam proses pembangunan, diharapkan dapat tercipta keadilan gender, peningkatan kesejahteraan keluarga, dan penghormatan terhadap hak-hak masyarakat adat dalam konteks pembangunan daerah. Buku ini merupakan hasil penelitian doktoral yang disusun dalam bentuk disertasi, dan kemudian diterbitkan menjadi buku. Buku ini bertujuan untuk memberikan wawasan mendalam tentang dinamika struktural dan sosial dalam masyarakat adat, serta mengusulkan agenda dan rencana aksi untuk transformasi budaya melalui pemberdayaan laki-laki dalam konteks kearifan lokal.
Sinopsis Buku: Buku ini membahas perubahan struktural dan sosial dalam masyarakat adat Hubula Suku Dani di Lembah Balim, Wamena, Kabupaten Jayawijaya, Provinsi Papua, sebagai dampak dari proses pembangunan daerah pada era Otonomi Khusus (1999–2017). Penulis menggambarkan bagaimana modernisasi, globalisasi, dan akulturasi budaya telah mengubah pola kehidupan masyarakat, khususnya dalam hal hubungan gender dan peran laki-laki dalam keluarga dan masyarakat. Pada masa lalu, masyarakat adat berbasis marga memiliki kepemimpinan adat yang kuat dan sistem nilai kearifan lokal yang mengatur kehidupan keluarga dan komunitas. Namun, dalam era pembangunan, sistem tersebut mulai runtuh. Kepemimpinan adat terpecah, jati diri laki-laki sebagai pemimpin keluarga menghilang, dan tanggung jawab ekonomi semakin berat terlempar ke punggung perempuan. Akibatnya, muncul berbagai masalah sosial seperti kekerasan terhadap perempuan, penurunan kualitas kehidupan keluarga, dan ketergantungan laki-laki terhadap bantuan pemerintah. Kajian ini mengeksplorasi pergeseran perspektif laki-laki menuju model laki-laki baru yang profeminis dan egalitarian sebagai dampak positif dari proses akulturasi budaya. Penulis menekankan pentingnya pemberdayaan laki-laki dalam mewujudkan keluarga yang berbasis nilai-nilai hidup baik dan kearifan lokal. Dengan melibatkan laki-laki secara aktif dalam proses pembangunan, diharapkan dapat tercipta keadilan gender, peningkatan kesejahteraan keluarga, dan penghormatan terhadap hak-hak masyarakat adat dalam konteks pembangunan daerah. Buku ini merupakan hasil penelitian doktoral yang disusun dalam bentuk disertasi, dan kemudian diterbitkan menjadi buku. Buku ini bertujuan untuk memberikan wawasan mendalam tentang dinamika struktural dan sosial dalam masyarakat adat, serta mengusulkan agenda dan rencana aksi untuk transformasi budaya melalui pemberdayaan laki-laki dalam konteks kearifan lokal.
Jumlah Halaman | 468 |
---|---|
Kategori | Metodologi Penelitian |
Penerbit | Nusamedia |
Tahun Terbit | 2019 |
ISBN | 978-602-6913-78-4 |
eISBN |