Sinopsis: Di tengah keheningan taman yang dihiasi aroma bunga dan embun, Naura, seorang gadis bermata sembap, terjebak dalam perasaan yang mencekam. Dalam keadaan yang memprihatinkan, ia terdiam di samping patung naga yang tidak bergerak, tanpa dukungan dari siapa pun. Dalam keheningan itu, Naura merasakan kehancuran batin yang mendalam, seolah-olah ia telah mencapai titik terendah dalam hidupnya. Namun, di balik kesedihan itu, tersembunyi kekuatan spiritual dan pengakuan bahwa segala kebaikan dan kesempurnaan hanya milik Allah Yang Mahabaik dan Mahamulia. Buku ini menggambarkan perjalanan Naura dan para tokoh lainnya dalam menghadapi kegagalan cinta, ujian hidup, dan kelemahan manusia. Dalam suasana yang penuh makna, Fahmi, seorang pria yang sebelumnya dianggap penuh kebijaksanaan, mengungkapkan bahwa ia juga telah mengalami kegagalan dalam perjalanan spiritualnya. Dengan kesantunan yang tersembunyi, ia menyatakan bahwa Naura tidak sedang menangisi kegagalan cinta, melainkan menghadapi ujian yang lebih dalam — sebuah ujian yang hanya bisa dijawab dengan kepercayaan dan ketaatan kepada-Nya. "Menjejaki Moksa" adalah kisah tentang kelemahan manusia, pencarian makna hidup, dan pertolongan Allah dalam menghadapi kesulitan. Buku ini mengajarkan bahwa dalam setiap titik terendah, manusia tetap bisa bersujud, dan dalam kesetaraan itu, segala kekuasaan dan kedudukan menjadi hilang. Dengan penuh keridaan, penulis menghadirkan kisah yang menyentuh, menggugah, dan menginspirasi pembaca untuk mengingat bahwa segala kesempurnaan hanya milik-Nya.
Wanita berjubah putih itu berjalan di kegelapan malam Menyusuri jalanan hendak menemui Naura Wajahnya bersinar bak malaikat Mirip wanita Pakistan persis yang diceritakan Ibie Siapa sangka bahwa ada hal besar yang membedakan wanita itu dengan kisah Moksa versi Ibie Rahasia besar yang hampir saja tersingkap Moksa gumam Naura dengan tangan gemetaran Ah Ia melenguh Hati manusia menyimpan berbagai misteri dan perasaannya bersifat dinamis Selalu berubah seiring berjalannya waktu Tak jarang membiarkan peduli menjadi basi