Sinopsis Buku: Buku ini menggambarkan perjalanan politik dan kehidupan masyarakat Madura dalam konteks pemilu dan dinamika kekuasaan di Indonesia. Buku ini menyajikan analisis mendalam tentang kekalahan Joko Widodo (Jokowi) dalam pemilihan presiden tahun 2014 dan 2019 di wilayah Madura, yang dianggap sebagai "blank spot" bagi kemenangan Jokowi. Buku ini juga menjelaskan kekhasan demografi, budaya, dan identitas Madura yang berbeda dari Pulau Jawa, meskipun secara geografis terhubung melalui Jembatan Suramadu. Selain itu, buku ini membahas peran tokoh-tokoh agama, partai, dan relawan dalam kampanye politik di Madura. Dengan pendekatan yang kritis dan analitis, buku ini menyoroti perbedaan persepsi pemilih Madura terhadap Jokowi dan Prabowo-Sandi, serta sejarah penolakan politik di wilayah tersebut. Buku ini juga menyajikan kisah-kisah kunjungan pejabat tinggi, kegiatan sosial, dan peran BUMN dalam pengembangan Madura. Dengan penjelasan yang jelas dan terstruktur, buku ini menjadi referensi penting bagi pemahaman tentang dinamika politik dan masyarakat Madura.
Sebagai petahana Jokowi yang mencalonkan diri sebagai presiden untuk kedua Kalinya pada tahun 2019 memiliki seluruh alasan dan perangkat untuk menang pemilihan presiden Nyatanya memang menang dan terpilih kembali untuk periode 2019 2024 Namun Jokowi tetap kalah di Madura Kekalahan pada pemilihan presiden tahun 2014 terulang kembali pada pemilihan periode tahun 2019 Ternyata seluruh alasan dan perangkat untuk menang fermasuk menang di Madura tidak menemukan sejarahnya Jokowi tetap saja kalah di Madara Hal ini mengundang pertanyaan besar mengapa Jokowi bisa Kalah di Madura Terebih kalah untuk yang kedua kalinya Jawaban untuk Pertanyaan tersebut belum banyak dibahas di dalam diskusi politik dengan segala dinamika dan perdebatannya Buku ini berupaya untuk mengantarkan diskusi Mengapa Jokowi Kalah di Madura atau bisa pula dibalik Mengapa Madura Mengalahkan jokowi