Sinopsis Buku: Buku ini membahas upaya-upaya yang dilakukan untuk meningkatkan minat baca dan literasi di Indonesia, terutama dalam konteks perkembangan teknologi dan penggunaan smartphone sebagai media akses baca yang semakin dominan. Dalam buku ini, disampaikan bahwa jumlah pengguna smartphone di Indonesia terus meningkat, bahkan pada 2015 mencapai hampir 100 juta pengguna, dan diprediksi akan mencapai 250 juta pada akhir 2021. Hal ini memberikan peluang besar untuk meningkatkan akses terhadap bahan bacaan digital atau e-book. Buku ini juga menjelaskan bahwa penguasaan smartphone yang tinggi dapat mempercepat dan mempermudah akses terhadap bahan bacaan, asalkan kontennya didesain khusus untuk media smartphone. Berbagai upaya seperti program pengiriman buku gratis, gerakan literasi sekolah, dan gerakan meningkatkan minat baca di daerah menjadi bagian dari upaya untuk meningkatkan minat baca masyarakat. Selain itu, buku ini juga menyebutkan bahwa Pusat Data dan Analisa TEMPO berusaha menyajikan buku-buku dalam format digital atau e-book yang didesain khusus untuk smartphone, sehingga lebih mudah diakses dan dibaca. Buku ini mencakup berbagai kategori e-book seperti kesehatan, pendidikan, seni dan budaya, hiburan, serta konten lokal yang menarik. Selain itu, buku ini juga menyampaikan pentingnya literasi sebagai tolok ukur kualitas pendidikan suatu negara. Literasi yang baik sering dikaitkan dengan kualitas pendidikan yang tinggi, seperti yang terjadi di Finlandia. Hasil survei literasi yang menempatkan Indonesia di bawah negara-negara ASEAN bisa menjadi bad news atau good news tergantung pada respons dan tindakan pemerintah. Buku ini juga menggambarkan berbagai inisiatif yang dilakukan oleh pemerintah, lembaga, dan masyarakat untuk meningkatkan minat baca, seperti Gerakan Pemasyarakatan Minat Baca (GPMB), program street library di Bandung, dan kerja sama dengan PT Pos Indonesia dalam program pengiriman buku gratis. Dengan semangat kolaborasi dan inovasi, buku ini berharap dapat menjadi bagian dari upaya meningkatkan minat baca dan literasi di Indonesia.
CENGKEH Purwokerto kesohor berjenis khusus Artinya hanya bisa di tanam di daerah yang lembab iklim yang sama dengan daerah Banyumas sendiri Punya arti khas karena daerah penyebarannya terbatas dibanding cengkeh jenis Zanzibar Madagaskar yang mashur di mana saja mau tumbuh Tapi justru tanaman khas yang seharusnya menumbuhkan keuntungan itu bagaikan menusuk nusuk benak sang Bupati Pasalnya tak lain soal ijon Seperti biasa sang pengijon selnbari membikin harga jatuh menggaruk untung Dengan memborong cengkeh 13 Rp 250 per kilogram secara ijon mereka menyodorkan cengkeh kering dengan harga Rp 5000 per kilogram ke pabrik pabrik rokok Kudus dan Jawa Timur Tentu saja Bupati Pudjadi Djaringbondojudo jadi mangkel ldquo Pemda akan melakukan pemborongan cengkeh dengan harga Rp 1 200 per kilogram rdquo begitu gertak sang Bupati yang ibukota daerahnya saja menghasilkan 4 ribu ton di panen raya Dan dalam panen tahun lalu tampaknya berhasil Para pembeli di kampung kampung terpaksa nunut Tertolongkah para petani
Jumlah Halaman | 52 |
---|---|
Kategori | Umum |
Penerbit | Tempo Publishing |
Tahun Terbit | 2021 |
ISBN | - |
eISBN | 978-623-05-0832-5 |