Sinopsis Buku: Buku ini membahas tentang pesantren sebagai model lembaga pendidikan Islam yang unik, dengan fokus pada perannya dalam sejarah sebagai lembaga pertahanan bangsa dalam perlawanan terhadap penjajah Belanda dan Jepang. Pesantren tidak hanya berfungsi sebagai lembaga pendidikan keagamaan, tetapi juga sebagai basis pencetak kader bangsa yang patriotik dan rela berkorban demi kemerdekaan. Dalam perkembangannya, pesantren terus bertransformasi secara institusional, mulai dari menggunakan masjid, langgar, atau surau sebagai tempat belajar, hingga mendirikan pondok, asrama, madrasah, sekolah umum, dan bahkan perguruan tinggi. Meskipun mengalami penambahan struktur dan lembaga pendidikan formal, pesantren tetap memegang teguh slogan *al-Muhafadhah ‘ala al-Qadim al-Shalih wa al-akhdzu bi al-Jadid al-Ashlah* (memegang hal-hal lama yang baik dan mengambil hal-hal baru yang lebih baik), yang menunjukkan komitmen untuk menggabungkan nilai-nilai tradisional dengan inovasi modern. Namun, perkembangan tersebut juga membawa tantangan, seperti penurunan karakteristik khas pesantren, seperti sistem pengajian bandongan dan sorogan, yang kini semakin kurang mendapat perhatian. Di sisi lain, pesantren juga mulai meniru model pendidikan sekuler, seperti sistem pembelajaran klasikal, yang sebenarnya telah diadopsi sejak masa 1950-an. Seiring dengan popularisasi dan proliferasi pendidikan di Indonesia, banyak pesantren mengalami kesulitan, kecuali pesantren besar yang mampu beradaptasi dengan memasukkan lembaga pendidikan formal. Dengan demikian, buku ini menyajikan gambaran menyeluruh tentang perjalanan, transformasi, dan tantangan pesantren sebagai lembaga pendidikan Islam dalam konteks sejarah dan modern.
Sinopsis Buku: Buku ini membahas tentang pesantren sebagai model lembaga pendidikan Islam yang unik, dengan fokus pada perannya dalam sejarah sebagai lembaga pertahanan bangsa dalam perlawanan terhadap penjajah Belanda dan Jepang. Pesantren tidak hanya berfungsi sebagai lembaga pendidikan keagamaan, tetapi juga sebagai basis pencetak kader bangsa yang patriotik dan rela berkorban demi kemerdekaan. Dalam perkembangannya, pesantren terus bertransformasi secara institusional, mulai dari menggunakan masjid, langgar, atau surau sebagai tempat belajar, hingga mendirikan pondok, asrama, madrasah, sekolah umum, dan bahkan perguruan tinggi. Meskipun mengalami penambahan struktur dan lembaga pendidikan formal, pesantren tetap memegang teguh slogan *al-Muhafadhah ‘ala al-Qadim al-Shalih wa al-akhdzu bi al-Jadid al-Ashlah* (memegang hal-hal lama yang baik dan mengambil hal-hal baru yang lebih baik), yang menunjukkan komitmen untuk menggabungkan nilai-nilai tradisional dengan inovasi modern. Namun, perkembangan tersebut juga membawa tantangan, seperti penurunan karakteristik khas pesantren, seperti sistem pengajian bandongan dan sorogan, yang kini semakin kurang mendapat perhatian. Di sisi lain, pesantren juga mulai meniru model pendidikan sekuler, seperti sistem pembelajaran klasikal, yang sebenarnya telah diadopsi sejak masa 1950-an. Seiring dengan popularisasi dan proliferasi pendidikan di Indonesia, banyak pesantren mengalami kesulitan, kecuali pesantren besar yang mampu beradaptasi dengan memasukkan lembaga pendidikan formal. Dengan demikian, buku ini menyajikan gambaran menyeluruh tentang perjalanan, transformasi, dan tantangan pesantren sebagai lembaga pendidikan Islam dalam konteks sejarah dan modern.
Jumlah Halaman | 194 |
---|---|
Kategori | Pendidikan |
Penerbit | Pustaka Ilmu |
Tahun Terbit | 2017 |
ISBN | 978-602-6835-52-9 |
eISBN | proses |