Sinopsis Buku: "Kontroversi Ajaran Kebatinan" Buku ini membahas secara mendalam dan kritis tentang fenomena ajaran kebatinan dalam konteks sosial dan budaya Jawa, serta perannya dalam masyarakat. Penulis Wawan Susetya dan penyunting A. Yogaswara menjelaskan bagaimana ajaran kebatinan di Jawa telah berkembang seiring sejarah, terutama dalam lingkungan kraton dan pondok pesantren. Buku ini menggambarkan dua bentuk utama ajaran kebatinan, yaitu "Islam Jawa" yang lebih moderat dan lentur, serta "Jawa-Islam" yang cenderung lebih konservatif dan garis keras. Buku ini juga membahas perbedaan antara agama Islam di zaman Mataram dan Demak dengan agama Islam modern di Indonesia, serta memperkenalkan gagasan tentang "Islam Putihan" dan "Islam Abangan" sebagai dua arah pemikiran dalam beragama. Selain itu, buku ini menyajikan dialog-dialog spiritual yang menjadi simbol dari perjalanan kebatinan dan pengembangan ajaran-ajaran yang berakar pada budaya dan tradisi Jawa. Dengan menggunakan pendekatan akademis dan reflektif, buku ini memberikan wawasan mendalam tentang bagaimana ajaran kebatinan tidak hanya menjadi bagian dari agama, tetapi juga menjadi bagian dari identitas budaya dan sosial masyarakat Jawa.
Sinopsis Buku: \"Kontroversi Ajaran Kebatinan\" Buku ini membahas secara mendalam dan kritis tentang fenomena ajaran kebatinan dalam konteks sosial dan budaya Jawa, serta perannya dalam masyarakat. Penulis Wawan Susetya dan penyunting A. Yogaswara menjelaskan bagaimana ajaran kebatinan di Jawa telah berkembang seiring sejarah, terutama dalam lingkungan kraton dan pondok pesantren. Buku ini menggambarkan dua bentuk utama ajaran kebatinan, yaitu \"Islam Jawa\" yang lebih moderat dan lentur, serta \"Jawa-Islam\" yang cenderung lebih konservatif dan garis keras. Buku ini juga membahas perbedaan antara agama Islam di zaman Mataram dan Demak dengan agama Islam modern di Indonesia, serta memperkenalkan gagasan tentang \"Islam Putihan\" dan \"Islam Abangan\" sebagai dua arah pemikiran dalam beragama. Selain itu, buku ini menyajikan dialog-dialog spiritual yang menjadi simbol dari perjalanan kebatinan dan pengembangan ajaran-ajaran yang berakar pada budaya dan tradisi Jawa. Dengan menggunakan pendekatan akademis dan reflektif, buku ini memberikan wawasan mendalam tentang bagaimana ajaran kebatinan tidak hanya menjadi bagian dari agama, tetapi juga menjadi bagian dari identitas budaya dan sosial masyarakat Jawa.