Buku yang ada di tangan pembaca ini merupakan hasil penelitian yang berkenaan dengan dinamika kelompok etnis khususnya antarkomunitas Bali Hindu dengan komunitas penduduk asli daerah di tiga wilayah Nusa Tenggara Barat Dinamika antarkelompok etnis tersebut difokuskan pada terjadinya ketegangan yang termanifestasi dalam konflik dan kekerasan komunal Munculnya konflik dan kekerasan komunal sebagai bagian dari sisi lain integrasi Konflik yang muncul dan berpotensi memanifestasikan diri dalam kekerasan komunal pada dasarnya merupakan kasus yang muncul sebagai implikasi dari belum terkelolanya konflik secara proporsional Kekerasan komunal yang dicandra dalam tulisan ini difokuskan pada tiga wilayah Nusa Tenggara Barat yakni di Kota Mataram Kabupaten Lombok Utara dan Kabupaten Sumbawa Pada tiga lokasi tersebut konflik dan kekerasan komunal yang melibatkan kelompok etnis Bali Hindu dengan kelompok etnis penduduk asli daerah memiliki tipologi yang tidak jauh berbeda Dalam tulisan ini peristiwa anarkis tersebut lebih difokuskan pada momentum pascadiberlakukannya otonomi daerah setelah pemberlakuan Undang Undang No 22 Tahun 1999 Pemberlakuan UndangUndang tersebut pada sisi lain telah menguatkan ikatanikatan primordial di kalangan kelompok etnis yang berposisi sebagai penduduk asli daerah Penguatan ikatan primordial khususnya yang berkaitan dengan suku bangsa dan agama pada satu sisi membangun dominasi terhadap kelompok etnis lainnya Kelompok etnis Bali yang mayoritas memeluk agama Hindu pada ketiga wilayah tersebut berposisi sebagai kelompok minoritas Pengutuban antardua kelompok ini menimbulkan ketegangan dalam event event tertentu sehingga menimbulkan konflik dan kekerasan komunal dengan latar belakang kemunculannya tidak sama persis Konflik dan kekerasan komunal yang melibatkan komunitas Bali Hindu di wilayah Kota Mataram dilatarbelakangi oleh permasalahan yang relatif kecil seperti pertikaian di kalangan anak muda yang terjadi di wilayah Karang Masmas antarpemuda Bali dengan pemuda Sasak yang berujung pada peristiwa anarkis yang melibatkan sentimen kelompok etnis dan simbol simbol agama Munculnya peristiwa tersebut sejatinya lebih disebabkan oleh kurangnya ada pengelolaan konflik sehingga melebar menjadi kekerasan komunal Buku yang ada di tangan pembaca ini merupakan hasil penelitian yang berkenaan dengan dinamika kelompok etnis khususnya antarkomunitas Bali Hindu dengan komunitas penduduk asli daerah di tiga wilayah Nusa Tenggara Barat Dinamika antarkelompok etnis tersebut difokuskan pada terjadinya ketegangan yang termanifestasi dalam konflik dan kekerasan komunal Munculnya konflik dan kekerasan komunal ...sebagai bagian dari sisi lain integrasi Konflik yang muncul dan berpotensi memanifestasikan diri dalam kekerasan komunal pada dasarnya merupakan kasus yang muncul sebagai implikasi dari belum terkelolanya konflik secara proporsional Kekerasan komunal yang dicandra dalam tulisan ini difokuskan pada tiga wilayah Nusa Tenggara Barat yakni di Kota Mataram Kabupaten Lombok Utara dan Kabupaten Sumbawa Pada tiga lokasi tersebut konflik dan kekerasan komunal yang melibatkan kelompok etnis Bali Hindu dengan kelompok etnis penduduk asli daerah memiliki tipologi yang tidak jauh berbeda Dalam tulisan ini peristiwa anarkis tersebut lebih difokuskan pada momentum pascadiberlakukannya otonomi daerah setelah pemberlakuan Undang Undang No 22 Tahun 1999 Pemberlakuan UndangUndang tersebut pada sisi lain telah menguatkan ikatanikatan primordial di kalangan kelompok etnis yang berposisi sebagai penduduk asli daerah Penguatan ikatan primordial khususnya yang berkaitan dengan suku bangsa dan agama pada satu sisi membangun dominasi terhadap kelompok etnis lainnya Kelompok etnis Bali yang mayoritas memeluk agama Hindu pada ketiga wilayah tersebut berposisi sebagai kelompok minoritas Pengutuban antardua kelompok ini menimbulkan ketegangan dalam event event tertentu sehingga menimbulkan konflik dan kekerasan komunal dengan latar belakang kemunculannya tidak sama persis Konflik dan kekerasan komunal yang melibatkan komunitas Bali Hindu di wilayah Kota Mataram dilatarbelakangi oleh permasalahan yang relatif kecil seperti pertikaian di kalangan anak muda yang terjadi di wilayah Karang Masmas antarpemuda Bali dengan pemuda Sasak yang berujung pada peristiwa anarkis yang melibatkan sentimen kelompok etnis dan simbol simbol agama Munculnya peristiwa tersebut sejatinya lebih disebabkan oleh kurangnya ada pengelolaan konflik sehingga melebar menjadi kekerasan komunal