Sinopsis Buku: Buku ini menceritakan perjalanan hidup penulis yang penuh tantangan dan perjuangan, dimulai dari masa SMA hingga masuk ke pesantren. Penulis menceritakan pengalaman pribadinya yang mengalami rasa minder dan kesulitan dalam mempelajari pelajaran di sekolah, sehingga memutuskan untuk mengikuti jejak kawan yang telah wafat, yaitu Fathul Mu'in, dengan masuk ke Ponpes Nurul Iman, Bogor pada bulan Juli 2011. Meskipun waktu di pesantren hanya sekitar satu tahun, pengalaman tersebut menjadi titik balik dalam hidup penulis, membawa perubahan dalam cara berpikir, sikap, dan pola hidupnya. Dalam buku ini, penulis juga membahas pentingnya melibatkan dan mengandalkan Allah dalam segala kondisi, sebagai kunci utama dalam menghadapi kesulitan dan tantangan hidup. Buku ini ditujukan untuk memberikan semangat dan inspirasi kepada pembaca agar tetap berjuang, sabar, dan yakin dengan bantuan dari-Nya. Selain itu, penulis juga menyampaikan rasa terima kasih kepada keluarga, guru, kyai, dan asatidz yang telah mendampinginya selama perjalanan ini. Buku ini juga menyampaikan pengalaman hidup yang penuh rintangan, seperti kesulitan dalam makan dan air di pesantren, yang menjadi bagian dari perjuangan penulis dalam mencari jalan ke depan. Dengan penuh kejujuran, penulis mengakui kekurangan dalam gaya bahasa dan konten, serta terbuka terhadap kritik dan saran dari pembaca. Dengan harapan bisa memberikan motivasi dan pembelajaran bagi pembaca, buku ini menjadi bentuk penghargaan dan pengalaman hidup yang berharga bagi penulis.
Ubay terlahir dari keluarga pas pasan Secara nansial dikatakan pas Secara kecerdasan juga pas pasan bahkan pernah mendapatkan nilai Try Out UN di SMA sebesar 1 8 dari skala 0 10 Secara sik juga pas pasan bahkan dikatakan kurus yang sangat berpengaruh terhadap kepercayaan dirinya Pada awalnya semua hal itu membuat dia minder dan terpuruk Sampai akhirnya dia memasuki pesantren dan terlahir menjadi Ubay baru yang penuh semangat Tak lama setelah itu dia mengalami fase titik terendah dimana dia di usianya saat itu belum mewujudkan impian orang tuanya padahal dia mempunyai adik 7 Di tengah keterpurukan itu justru Ubay menemukan kedekatan dengan Alloh yang melahirkan slogan LibatinAlloh AndelinAlloh dengan cara itu akhirnya Ubay satu per satu mewujudkan impiannya