Sinopsis Buku: Buku ini adalah kumpulan refleksi dan pertanyaan mendalam yang ditulis oleh Ali Usman, seorang santri yang berusaha menggambarkan pengalaman hidupnya di pesantren melalui perspektif kritis dan reflektif. Buku ini tidak hanya berupa catatan harian, melainkan dianggap sebagai "jejak petualang" yang mencerminkan perjalanan pemikiran dan pengalaman pribadi penulis dalam menghadapi berbagai tantangan dan pertanyaan yang muncul di tengah kehidupan pesantren. Buku ini dibagi menjadi empat bagian utama. Bagian pertama membahas dekonstruksi pola hubungan antara santri dan kiai, dengan mengkritik kecenderungan kultus terhadap kiai serta menyoroti pentingnya pembukaan akses informasi bagi santri. Bagian kedua berisi sejumlah pertanyaan yang diajukan oleh santri kepada kiai, seperti pertanyaan tentang keberadaan Tuhan, pemahaman terhadap Al-Qur’an, konsep jihad, kekerasan atas nama agama, dan keterlibatan perempuan dalam jabatan publik. Bagian ketiga menggambarkan transisi dari dunia pesantren menuju perguruan tinggi, serta perjalanan pemikiran kaum santri dalam menghadapi tantangan akademik dan identitas diri. Bagian keempat menegaskan bahwa santri yang bertanya adalah santri yang berpikir, dan kiai yang ada adalah kiai yang mampu menjawab. Dengan pendekatan yang tidak konvensional dan metodologi yang disebut "metodologi tanpa metodologi", buku ini berusaha menggambarkan Islam yang lebih kontemporer, humanis, dan relevan dengan tantangan zaman. Buku ini tidak hanya menjadi kenang-kenangan bagi teman-teman santri, tetapi juga ajakan untuk merenungkan dan memperbaiki cara berpikir dan pola pembelajaran di pesantren.
bertanya itu adalah suatu anugerah Tuhan yang tidak boleh dibumihanguskan dan dihalang halangi dengan cara apa pun Santri kiai dan kitab di dunia pesantren memiliki hubungan yang unik khas dan menarik Ketiganya tidak bisa disamakan dengan murid guru dan buku dalam proses pembelajaran di sekolah formal maupun di lembaga pendidikan umum yang lain Mungkin karena keunikannya itu pesantren pernah melahirkan nama nama besar seperti Hasyim Asy ari Saefuddin Zuhri Gus Dur Mahfud MD Nurcholis Madjid Din Syamsuddin Emha Ainun Nadjib hingga Jusuf Kalla Namun demikian sejauh mana kekhasan metode pendidikan pesantren itu perlu dipertahankan Apa saja yang perlu diperbaiki atau bahkan ditinggalkan Dengan penuh rasa cinta buku ini mencoba mengkritisi hal hal fundamental yang selama ini berjalan di pesantren Bukankah mengkritisi tidak harus diartikan negatif sebagaimana cemburu kadang menjadi bukti kedalaman cintamu Bukankah tradisi kritis dalam Islam sudah muncul semenjak Islam itu sendiri tumbuh sebagaimana sahabat Hubaib bin al Mundzir yang pernah mengkritisi Rasulullah Saw terkait penempatan pasukan saat perang Badar Poin poin yang ditawarkan buku ini memantik nalar kita untuk merenungkan sekali lagi tradisi pesantren hubungan santri kiai terorisme atas nama agama hingga bagaimana seorang santri memahami Tuhan
Jumlah Halaman | 216 |
---|---|
Kategori | Umum |
Penerbit | Pustaka Pesantren |
Tahun Terbit | 2021 |
ISBN | 602-8995-34-7 |
eISBN | 978-602-8995-34-4 |