Sinopsis Buku: Buku ini membawa pembaca kembali ke tahun 1913, saat Yerusalem masih berada di bawah pemerintahan Ottoman, sebuah masa yang menjadi titik balik dalam sejarah konflik Arab-Israel. Di tengah kekerasan yang terus-menerus dan ketidakpastian masa depan, era Ottoman dianggap sebagai masa damai terakhir bagi orang-orang Arab dan Yahudi yang hidup bersama dalam harmoni. Buku ini menggambarkan ketidakberdayaan dan kekalutan yang muncul akibat kekerasan yang tak berkesudahan, sekaligus mengeksplorasi kenangan masa lalu yang menjadi sumber keinginan untuk kembali ke masa yang dianggap lebih baik. Melalui narasi yang penuh emosi dan pengalaman pribadi, buku ini menyoroti bagaimana masa lalu tidak pernah mati, bahkan ketika waktu terus berlalu. Buku ini juga menggambarkan kehidupan sehari-hari di Yerusalem pada masa itu, termasuk kebiasaan masyarakat, seni, dan budaya yang menjadi bagian dari identitas bangsa-bangsa yang saling bersinggungan. Buku ini menunjukkan bagaimana kenangan masa lalu tidak hanya menjadi kenangan, tetapi juga menjadi sumber inspirasi, kebanggaan, dan perasaan kekalutan yang terus-menerus menghiasi pikiran orang-orang Israel dan Palestina. Dengan pendekatan yang penuh kesadaran sejarah dan empati, buku ini menjadi refleksi mendalam tentang akar konflik Arab-Israel, serta bagaimana masa lalu berperan dalam membentuk masa kini dan masa depan.
Sinopsis Buku: Buku ini membawa pembaca kembali ke tahun 1913, saat Yerusalem masih berada di bawah pemerintahan Ottoman, sebuah masa yang menjadi titik balik dalam sejarah konflik Arab-Israel. Di tengah kekerasan yang terus-menerus dan ketidakpastian masa depan, era Ottoman dianggap sebagai masa damai terakhir bagi orang-orang Arab dan Yahudi yang hidup bersama dalam harmoni. Buku ini menggambarkan ketidakberdayaan dan kekalutan yang muncul akibat kekerasan yang tak berkesudahan, sekaligus mengeksplorasi kenangan masa lalu yang menjadi sumber keinginan untuk kembali ke masa yang dianggap lebih baik. Melalui narasi yang penuh emosi dan pengalaman pribadi, buku ini menyoroti bagaimana masa lalu tidak pernah mati, bahkan ketika waktu terus berlalu. Buku ini juga menggambarkan kehidupan sehari-hari di Yerusalem pada masa itu, termasuk kebiasaan masyarakat, seni, dan budaya yang menjadi bagian dari identitas bangsa-bangsa yang saling bersinggungan. Buku ini menunjukkan bagaimana kenangan masa lalu tidak hanya menjadi kenangan, tetapi juga menjadi sumber inspirasi, kebanggaan, dan perasaan kekalutan yang terus-menerus menghiasi pikiran orang-orang Israel dan Palestina. Dengan pendekatan yang penuh kesadaran sejarah dan empati, buku ini menjadi refleksi mendalam tentang akar konflik Arab-Israel, serta bagaimana masa lalu berperan dalam membentuk masa kini dan masa depan.