sunyi yang masih merah berkerumun di lengkung bulan dalam benak yang sajak kata kata ditiriskan dari cuaca sebelum disepuh bermacam warna dan pendar cahaya sebuah sabda membalut luka membasuh duka rakaat yang terlunta sepanjang hayat lalu muncullah larik sajak itu sunyi menemukan tempat istirahatnya disana begitulah para penyair menyajakkan nasibnya yang hitam menarik diri dari pedih monokromatik ketika tak menulis tentang bencana dan tragedy diolok olok penyair salon ketika tak menulis lagi karena belum temukan pengucapan baru ditertawakan kamus dan ketika membacakan puisi di istana digelari penyair aku termangu menonton hologram itu merasa tak bisa ambil bagian dari keagungan sajak buah api diperam matangkan semak kata kata dan tak bisa dikupas oleh tuhan yang sedih Penyair 2 sunyi yang masih merah berkerumun di lengkung bulan dalam benak yang sajak kata kata ditiriskan dari cuaca sebelum disepuh bermacam warna dan pendar cahaya sebuah sabda membalut luka membasuh duka rakaat yang terlunta sepanjang hayat lalu muncullah larik sajak itu sunyi menemukan tempat istirahatnya disana begitulah para penyair menyajakkan ...nasibnya yang hitam menarik diri dari pedih monokromatik ketika tak menulis tentang bencana dan tragedy diolok olok penyair salon ketika tak menulis lagi karena belum temukan pengucapan baru ditertawakan kamus dan ketika membacakan puisi di istana digelari penyair aku termangu menonton hologram itu merasa tak bisa ambil bagian dari keagungan sajak buah api diperam matangkan semak kata kata dan tak bisa dikupas oleh tuhan yang sedih Penyair 2