Sinopsis Buku: Buku ini berisi ceramah Ki Ageng Suryomentaram yang diadakan pada 31 Oktober 1959 di Jakarta, dan telah diterbitkan kembali oleh Yayasan Idayu pada tahun 1976. Ceramah ini membahas esensi dasar tentang bagaimana manusia dapat hidup bahagia, dengan fokus pada konsep *Kramadangsa*, yang merupakan istilah yang menggambarkan rasa pribadi yang terkait erat dengan nama seseorang. Dalam konteks ini, *Kramadangsa* merujuk pada identitas diri yang unik dan terpisah dari orang lain, dengan diri sendiri yang disebut “aku” dan orang lain disebut “kamu”. Ki Ageng Suryomentaram menjelaskan bahwa *Kramadangsa* adalah bagian dari jiwa yang menyatukan diri dengan segala rasa yang muncul dalam diri seseorang, seperti rasa haus, lapar, atau kantuk. Rasa ini menjadi penggerak utama tindakan manusia, karena setiap perilaku seseorang didorong oleh rasa yang ada di dalam dirinya. Dengan memahami dan meneliti *Kramadangsa*, manusia dapat mengelola identitas dirinya, sehingga rasa ini tidak menguasai seluruh kehidupan, dan membuka jalan bagi kehidupan yang lebih harmonis dan bahagia. Buku ini juga membahas tentang pentingnya mempelajari jiwa manusia melalui rasa, karena rasa adalah inti dari kehidupan manusia. Dengan memahami diri sendiri melalui konsep *Kramadangsa*, kita dapat mencapai kesadaran diri yang lebih dalam dan memperkaya pemahaman tentang jiwa serta identitas diri dalam konteks budaya Jawa. Buku ini merupakan upaya untuk mengembalikan pemikiran leluhur Nusantara ke dalam konteks kehidupan modern, sebagai bagian dari khazanah ilmu psikologi Jawa yang sebenarnya telah dikenal dan dilakukan oleh masyarakat Nusantara sejak lama.
ISTILAH Kramadangsa oleh Ki Ageng Suryomentaram dimaksudkan adalah rasa pribadi yang sama dengan namanya sendiri Misalnya orang bernama Krama maka ia merasa aku adalah si Krama Sementara seseorang yang diberi nama Suta maka ia merasa bahwa aku adalah Suta Kramadangsa ini membedakan dan memisahkan dirinya dari orang lain yaitu kecuali aku orang orang lain semua adalah kamu Rasa inilah yang memecah belah dalam pergaulan sebagai sarana kebahagiaan hidup manusia