Sinopsis Buku: Buku ini menggambarkan perjalanan sejarah dan kontribusi nyata dari Henk Ngantung, seorang tokoh yang dianggap terlupakan dalam sejarah bangsa Indonesia. Dalam konteks sejarah, Henk Ngantung adalah seorang seniman dan politisi yang pernah menjabat sebagai Wakil Gubernur DKI Jakarta. Ia dikenal sebagai sosok yang memiliki visi transparansi dalam pemerintahan, sebelum era reformasi tiba. Ia juga dikenang sebagai pelopor gagasan-gagasan yang dianggap pro-rakyat, seperti kejujuran dalam penggunaan anggaran publik dan kegiatan kunjungan pejabat pemerintahan yang harus terbuka untuk publik. Selain itu, buku ini juga menyampaikan pentingnya Hak Cipta dalam konteks hukum Indonesia, terutama berdasarkan Undang-Undang No. 28 Tahun 2014. Di sini dijelaskan fungsi dan sifat Hak Cipta, serta pembatasan pelindungan yang diberikan kepada pencipta dalam berbagai situasi, seperti penggunaan kutipan singkat, penggandaan untuk penelitian, pengajaran, dan kepentingan pendidikan. Buku ini juga mengingatkan kita akan pentingnya memperhatikan sejarah dengan sudut pandang yang lebih inklusif, tanpa mengabaikan peran dan kontribusi tokoh-tokoh yang pernah dianggap sebagai "pembangkang" dalam sejarah Indonesia. Dengan demikian, buku ini berusaha menggambarkan bahwa sejarah bukanlah hitam-putih, melainkan kumpulan narasi yang kompleks dan memerlukan pemahaman yang lebih luas.
SEJARAH bukanlah hitam dan putih Keberpihakan pun bukan didasarkan hanya pada satu narasi namun beberapa sudut pandang yang terjadi karena konteks latar belakang kepentingan dan juga tujuan Dalam beberapa hal keingintahuan menjadi pintu pembuka atas narasinarasi yang berbeda bahkan bertolak belakang Kebenaran toh tidak mutlak menjadi milik yang menang pihak terkalahkan pun memiliki kebenarannya sendiri Partai Komunis Indonesia PKI dalam sejarah berdirinya Indonesia adalah pihak yang terkalahkan dan jejaknya dihilangkan oleh mereka yang mengklaim sebagai pemenang dalam peradaban di Indonesia ini Peristiwa kelam yang memuncak di tahun 1965 menjadi alasan pembenar untuk tidak saja menghilangkan nyawa namun juga bahkan satu iota kebaikan maupun cita cita mulia PKI dengan underbouw underbouwnya Catatan negeri ini setelah masa 1965 seolah olah merupakan hal yang suci di satu sisi dan hal menjijikkan di sisi yang lain Benarlah jika memang dibutuhkan peran antagonis untuk membangun karakter sebuah cerita Peran antagonis itu di masa sekarang dan entah sampai kapan masih diserahkan perannya pada PKI dan organisasi organisasi di bawahnya Henk Ngantung seniman terkemuka yang dimiliki Indonesia pada masa masa revolusi fisik serta mantan Wakil Gubernur dan juga Gubernur DKI Jakarta pada periode tahun 1960 an hampir tak pernah diceritakan Namanya baru hidup kembali pada beberapa tahun belakangan ini seiring dengan reformasi maupun peristiwa peristiwa penting di Negara ini salah satunya adalah digelarnya pameran seni rupa 1771 yang merupakan karya koleksi istana kepresidenan RI pada sepanjang Agustus 2016 Pada peristiwa pemilihan Gubernur DKI Jakarta tahun 2012 maupun Pemilihan Presiden tahun 2014 nama Henk Ngantung kembali disebut Jauh sebelumnya pada masa Orde Baru maupun awal reformasi Henk Ngantung gubernur yang seniman itu tak pernah diperdengarkan kisahnya bahkan jasanya terkubur dalam dalam di bangsa yang bangga disebut sebagai bangsa yang beradab ini
Jumlah Halaman | 154 |
---|---|
Kategori | Sosial |
Penerbit | Deepublish |
Tahun Terbit | 2018 |
ISBN | 978-602-453-563-6 |
eISBN | 978-602-453-652-7 |