Sinopsis Buku: Antologi puisi *Senja Ini* karya Santiyo Martodikromo menghadirkan kumpulan 42 puisi yang menggambarkan perjalanan batin seorang penyair dalam mengungkap beragam tema kehidupan. Dari segi tema, puisi-puisi dalam antologi ini mencakup ranah sosial, politik, budaya, dan cinta, dengan gaya penulisan yang sederhana dan alami. Diksi yang digunakan tidak dipercantik secara berlebihan, namun tetap mampu menyampaikan makna secara tulus dan dalam. Salah satu puisi yang menarik adalah *Segantang Air*, yang menggambarkan perasaan lara dan pilu dalam menghadapi perubahan sosial. Puisi lainnya, *Tipiku*, menyampaikan kritik terhadap peran televisi dalam masyarakat, dengan menggunakan istilah "tipi" yang merupakan ucapan khas masyarakat awam. Puisi ini menggambarkan pergeseran fungsi televisi dari tuntunan menjadi alat pengaruh yang semakin kuat. Dalam puisi *Senja Ini* yang menjadi judul utama antologi, penyair menggambarkan perjalanan si-aku lirik dari awal hingga akhir, dengan kesadaran dan kepasrahan dalam menghadapi perubahan. Puisi ini menyampaikan pesan bahwa senja bukanlah akhir, melainkan peralihan dari satu fase ke fase lain dalam kehidupan. Dengan gaya penulisan yang tulus, sederhana, dan penuh makna, antologi *Senja Ini* berhasil memperlihatkan kepekaan penyair dalam mengolah pengalaman pribadi dan sosial menjadi karya kreatif yang mendalam dan menginspirasi.
Sinopsis Buku: Antologi puisi *Senja Ini* karya Santiyo Martodikromo menghadirkan kumpulan 42 puisi yang menggambarkan perjalanan batin seorang penyair dalam mengungkap beragam tema kehidupan. Dari segi tema, puisi-puisi dalam antologi ini mencakup ranah sosial, politik, budaya, dan cinta, dengan gaya penulisan yang sederhana dan alami. Diksi yang digunakan tidak dipercantik secara berlebihan, namun tetap mampu menyampaikan makna secara tulus dan dalam. Salah satu puisi yang menarik adalah *Segantang Air*, yang menggambarkan perasaan lara dan pilu dalam menghadapi perubahan sosial. Puisi lainnya, *Tipiku*, menyampaikan kritik terhadap peran televisi dalam masyarakat, dengan menggunakan istilah \"tipi\" yang merupakan ucapan khas masyarakat awam. Puisi ini menggambarkan pergeseran fungsi televisi dari tuntunan menjadi alat pengaruh yang semakin kuat. Dalam puisi *Senja Ini* yang menjadi judul utama antologi, penyair menggambarkan perjalanan si-aku lirik dari awal hingga akhir, dengan kesadaran dan kepasrahan dalam menghadapi perubahan. Puisi ini menyampaikan pesan bahwa senja bukanlah akhir, melainkan peralihan dari satu fase ke fase lain dalam kehidupan. Dengan gaya penulisan yang tulus, sederhana, dan penuh makna, antologi *Senja Ini* berhasil memperlihatkan kepekaan penyair dalam mengolah pengalaman pribadi dan sosial menjadi karya kreatif yang mendalam dan menginspirasi.
Jumlah Halaman | 70 |
---|---|
Kategori | Novel |
Penerbit | CV. Cipta Media Edukasi |
Tahun Terbit | 2020 |
ISBN | 978-623-215-603-6 |
eISBN |