Sinopsis Buku: Buku *Dinamika Pernaskahan Nusantara* ini merupakan hasil kerja sama antara Yayasan Pernaskahan Nusantara (Manassa) dan Perpustakaan Nasional RI, yang telah berlangsung selama 20 tahun. Buku ini menggambarkan perkembangan dan peran penting kajian pernaskahan Nusantara dari masa ke masa, serta menyoroti kontribusi yang diberikan oleh para sarjana Nusantara dalam bidang ini. Sejak awal perkembangan ilmu pernaskahan Nusantara, kesarjanaan filologi hanya dimiliki oleh para sarjana Eropa dan Australia, tetapi kini para akademisi Nusantara telah memberikan kontribusi yang signifikan dan berdampak luas. Manassa, yang berdiri pada 5 Juli 1996, berperan penting dalam memperkuat sinergi antar peneliti naskah yang tersebar di berbagai kampus. Dengan adanya forum diskusi dan kerja sama yang rutin, para peneliti naskah Nusantara dapat saling berbagi temuan, memperkaya penelitian, dan memperluas jaringan akademik. Buku ini juga mengapresiasi peran Perpustakaan Nasional RI yang selama ini mendukung berbagai kegiatan akademik, termasuk Simposium Internasional Pernaskahan Nusantara yang telah diadakan sebanyak 16 kali. Buku ini tidak hanya menyajikan sejarah perkembangan ilmu pernaskahan Nusantara, tetapi juga menegaskan bahwa kajian ini terus berkembang dan memberikan kontribusi penting bagi masyarakat Indonesia, khususnya, dan khalayak internasional secara umum. Dengan demikian, buku ini menjadi bukti nyata bagaimana warisan naskah Nusantara tetap hidup dan relevan dalam konteks akademik dan budaya.
Bagi generasi mendatang pengetahuan tentang latar belakang dan sejarah perkembangan dunia pernaskahan Indonesia ini tentu saja akan sangat penting dan itu hanya dimungkinkan jika kita bisa mewariskan sebuah artefak tertulis yang dapat dibaca lintas waktu dan lintas zaman Prof Dr Oman Fathurahman Ketua Umum Masyarakat Pernaskahan Nusantara Manassa Periode 2008 2012 dan 2012 2016 saat dukungan itu berkurang karena beberapa lembaga yang biasa mendukung kajian filologi di Indonesia telah menutup pintunya di perlukan rasa percaya diri bahwa kajian filologi Indonesia tidak turut me masuki masa senjakala karena para ahli waris telah siap untuk mewarisi dengan jiwa dan semangat baru