Sinopsis Buku: Cermin Bening Bilik Pesantren Buku ini menjelaskan pentingnya pesantren sebagai model pendidikan Islam yang unggul dan berkontribusi besar dalam mencerdaskan kehidupan bangsa serta mencetak kader intelektual yang siap mengapresiasi potensi keilmuannya di masyarakat. Dalam perjalanan sejarahnya, pesantren tidak hanya menjadi pusat pendidikan, tetapi juga menjadi perisai kebudayaan dan nilai-nilai Islam yang tegak melawan penjajahan dan modernisasi yang mengancam identitas bangsa. Buku ini juga menggambarkan peran penting para kyai sebagai pemegang otoritas utama dalam pengambilan kebijakan pesantren. Para kyai tidak hanya menjadi pemimpin spiritual, tetapi juga menjadi penjaga nilai-nilai luhur kepesantrenan, seperti ketelitian, kecermatan, dan kemandirian. Mereka menjunjung tinggi Al-Qur’an, al-Hadits, dan kitab-kitab kuning dengan penuh kesadaran dan kebijaksanaan. Dalam konteks modern, pesantren tetap menjadi benteng keimanan, kemandirian, dan identitas nasional. Buku ini menegaskan bahwa pesantren bukan hanya lembaga pendidikan, tetapi juga institusi yang memegang peran strategis dalam membentuk generasi muda yang berakhlak, berilmu, dan berjiwa nasionalis. Dengan meneladani nilai-nilai kepesantrenan, kita dapat menjadi penyempurna dan penutup para utusan, sebagai rahmat bagi semesta alam.
Cermin Bening Bilik Pesantren dari dampak modernisasi mempopulerkan Indonesia diri termasuk yang dalam lembaga v saat ranah ini mulai pendidikan pendidikan di pesantren Sehingga pesantren tidak dikatakan latah dan cenderung menjadi bulan bulanan kandungan peradaban nilai nilainya tidak modern yang kesemuanya sesuai dengan prinsip prinsip salaf Disinilah para kyai terlihat konsisten dengan nilainilai luhur kepesantrenan dan senantiasa melakukan muhasabah Nilai nilai kepesantrenan antara lain ketelitian dan kecermatan Para kiai pesantren sangat teliti dan cermat terutama dalam menerjemahkan alQuran al Hadits dan kitab kitab kuning Nilai yang lain kemandirian Kalangan pesantren sangat mandiri termasuk dalam berpakaian Pesantren memiliki karakter tersendiri misalnya ketika zaman penjajahan para kiai mengharamkan dasi Menurut Profesor Malik Madani hal ini sebagai bentuk perlawanan para kiai terhadap penjajah yang berdasi dan untuk membangkitkan semangat nasionalisme Karena sebagaimana perkataan Ibnu Khaldun orang yang kalah cenderung mengikuti orang yang menang Para kiai melarang berdasi agar kita yang saat itu