Sinopsis Buku: Buku ini merupakan kumpulan karya-karya penulis muda yang terpilih dalam Lomba Sastra Aksara 2016, yang diselenggarakan atas kerja sama antara Program Bahasa dan Budaya Indonesia, Deakin University, Melbourne, Australia; Pusat Kajian Humaniora, FBS, Universitas Negeri Padang; dan Penerbit Angkasa Bandung. Lomba ini dilaksanakan sebagai bentuk penghargaan dan pengenangan terhadap sastrawan Indonesia yang terkenal, A.A. Navis, dengan memberikan Anugerah Sastra A.A. Navis kepada pemenang terbaik dalam kategori cerpen dan novel. Tema lomba pada tahun ini adalah "kehidupan moderen", yang memungkinkan para penulis untuk bebas menginterpretasikan konsep tersebut, baik dari segi waktu, aspek kehidupan, maupun hubungannya dengan latar belakang tradisional dan lokal. Tidak ada batasan yang diberikan, sehingga penulis diberi ruang penuh untuk memanfaatkan imajinasi dan pemahaman mereka terhadap konsep "moderen" dalam konteks kehidupan masa kini. Buku ini juga mencerminkan partisipasi yang sangat luas dari penulis muda, terutama dari kalangan usia di bawah 25 tahun, yang menunjukkan antusiasme tinggi terhadap dunia sastra. Dari total naskah yang masuk, hampir separuhnya (49%) berasal dari penulis berusia di bawah 25 tahun, termasuk sekitar 10% dari penulis berusia di bawah 18 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa lomba ini berhasil membangkitkan minat generasi muda dalam menulis dan berpartisipasi dalam kegiatan kesasteraan. Selain itu, buku ini juga menggambarkan keberagaman latar belakang penulis, baik dari segi gender maupun wilayah, dengan 54% penulis perempuan dan 46% penulis laki-laki, serta penulis yang berasal dari berbagai provinsi di Indonesia. Karya-karya dalam buku ini tidak hanya mengeksplorasi konsep "moderen" dalam konteks kehidupan masa kini, tetapi juga menyajikan berbagai perspektif dan interpretasi yang relevan dengan lingkungan sosial dan budaya Indonesia.
Buku Novel ini merupakan pemenang pertama lomba penulisan cerita pendek dan novel Aksara 2016 Novel ini mengisahkan dua anak gadis dari kota Pancurbatu dekat kota Medan yang berjuang untuk hidup Suyatni anak tertua menjadi tukang becak motor sementara adiknya Supriyatni masih sekolah Mereka berdua mengurus bapaknya yang sakit Dua anak gadis itu tidak tahu keberadaan ibunya Setelah bapaknya meninggal mereka berdua mencari ibunya di Jakarta berdasarkan suatu informasi Tidak mudah perjuangan dua anak gadis itu di Jakarta dengan hidup dalam kekurangan materi Tapi mereka terus bekerja keras