Sepanjang perjalanan ilmu pengetahuan kegiatan membaca merupakan gerbang utama untuk memasuki dunia ilmu Dalam Islam ayat pertama yang diperintahkan adalah iqra bacalah Ribuan orang sukses melewati kegilaannya terhadap kegiatan membaca Bahkan di antara mereka sudah merasakan kebutuhan membacanya di masa usia dini Imam Syafi i dengan hafalan al Qurannya di usia 7 tahun Zaid bin Tsabit menjadi juru tulis mushaf al Quran di usia 12 tahun dan banyak lagi tokoh yang sudah melewati kegiatan membacanya di usia yang sangat dini Fakta tersebut mengantarkan seluruh orang tua yang bercitacita ingin anaknya menjadi pintar Tolak ukur kepintaran kebanyakan dilihat dari kegiatan menulis membaca dan berhitung Banyak orang tua yang merasa gelisah saat anaknya belum juga bisa membaca Keresahan ini berpengaruh kuat terhadap lembaga lembaga pendidikan dasar bahkan pendidikan usia dini ikut ikutan latah mempersiapkan siswa yang akan masuk sekolah dasar agar bisa membaca Kondisi ini menimbulkan banyak diskusi di kalangan pakar pendidikan dan psikologi dikarenakan banyak pembelajaran membaca yang menguras seluruh waktu pembelajaran sehingga membunuh aspek psikis anak Walhasil banyak anak yang pintar tetapi tidak cerdas secara emosional dan spiritual karena anak habis waktunya untuk belajar membaca menulis dan berhitung Anak tidak tahu bagaimana cara berteman bagaimana arti menghargai berbagi menumbuhkan keberanian dan berbagai karakter lain yang tidak bisa didapatkan dari pembelajaran membaca menulis dan berhitung Sepanjang perjalanan ilmu pengetahuan kegiatan membaca merupakan gerbang utama untuk memasuki dunia ilmu Dalam Islam ayat pertama yang diperintahkan adalah iqra bacalah Ribuan orang sukses melewati kegilaannya terhadap kegiatan membaca Bahkan di antara mereka sudah merasakan kebutuhan membacanya di masa usia dini Imam Syafi i dengan hafalan al Qurannya di ...usia 7 tahun Zaid bin Tsabit menjadi juru tulis mushaf al Quran di usia 12 tahun dan banyak lagi tokoh yang sudah melewati kegiatan membacanya di usia yang sangat dini Fakta tersebut mengantarkan seluruh orang tua yang bercitacita ingin anaknya menjadi pintar Tolak ukur kepintaran kebanyakan dilihat dari kegiatan menulis membaca dan berhitung Banyak orang tua yang merasa gelisah saat anaknya belum juga bisa membaca Keresahan ini berpengaruh kuat terhadap lembaga lembaga pendidikan dasar bahkan pendidikan usia dini ikut ikutan latah mempersiapkan siswa yang akan masuk sekolah dasar agar bisa membaca Kondisi ini menimbulkan banyak diskusi di kalangan pakar pendidikan dan psikologi dikarenakan banyak pembelajaran membaca yang menguras seluruh waktu pembelajaran sehingga membunuh aspek psikis anak Walhasil banyak anak yang pintar tetapi tidak cerdas secara emosional dan spiritual karena anak habis waktunya untuk belajar membaca menulis dan berhitung Anak tidak tahu bagaimana cara berteman bagaimana arti menghargai berbagi menumbuhkan keberanian dan berbagai karakter lain yang tidak bisa didapatkan dari pembelajaran membaca menulis dan berhitung