Sinopsis Buku: Buku ini menyajikan kisah tragis dan kompleks tentang kota Beirut, Libanon, yang dulu dikenal sebagai kota cantik dan kaya akan keindahan, tetapi kini hancur akibat perang saudara yang berlangsung sejak tahun 1975. Perang ini memecah kota yang dulu harmonis menjadi dua kubu bermusuhan, dipimpin oleh tentara, milisi, dan kelompok bersenjata. Garis Hijau, sebuah daerah tak bertuan sepanjang 4 mil, menjadi batas antara dua kubu yang saling bertikai. Perang tersebut tidak hanya melibatkan warga Libanon, tetapi juga negara-negara besar seperti Suriah, Israel, Arab Saudi, Irak, Iran, dan Libya, yang semakin memperparah konflik dengan intervensi politik dan militer. Di sisi lain, buku ini juga membahas pentingnya literasi dan peran pendidikan dalam mengembangkan masyarakat yang berwawasan dan berdaya saing. Buku ini menyoroti peringkat literasi Indonesia yang tergolong baik, serta upaya pemerintah dan berbagai organisasi dalam meningkatkan minat baca melalui berbagai program, seperti pengiriman buku gratis, gerakan literasi sekolah, dan inisiatif seperti GPMB dan street library di Bandung. Di tengah perkembangan teknologi, media digital seperti smartphone menjadi media utama akses bacaan di Indonesia, sehingga penting untuk menyediakan konten yang relevan dan sesuai dengan kebiasaan masyarakat modern. Dengan menggabungkan narasi tentang kota yang hancur dan upaya membangun literasi, buku ini menggambarkan perjalanan manusia antara kehancuran dan harapan, serta pentingnya pendidikan dalam membentuk masa depan yang lebih baik.
Kota Beirut di Tengah Tengah perang saudara golongan antara Kristen melawan golongan Islam pertempuran terjadi dari hari ke hari Penduduk telah belajar menerima kekerasan
Jumlah Halaman | 47 |
---|---|
Kategori | Pariwisata - Tata Boga - Tata Busana |
Penerbit | Tempo Publishing |
Tahun Terbit | 2021 |
ISBN | - |
eISBN | 978-623-344-833-8 |