Sinopsis Buku "Aurora Pikiran" Buku kumpulan puisi ini terdiri dari 52 puisi yang terbagi menjadi enam bagian, yang masing-masing menggambarkan perjalanan emosional dan refleksi penulis sepanjang masa kecil hingga usia remaja. Bagian pertama membuka kumpulan puisi dengan gambaran umum tentang isi buku. Bagian kedua berisi kenangan-kenangan penuh nostalgia dari masa kecil penulis. Bagian ketiga menggambarkan perasaan, pengamatan, dan pandangan seorang remaja yang sedang dalam proses pendewasaan. Bagian keempat menyajikan topik-topik menarik yang tidak dapat dimasukkan ke dalam bagian lain. Bagian kelima tercipta secara tidak sengaja, berisi puisi-puisi yang lahir dari pembacaan ulang karya perdananya. Bagian keenam berfungsi sebagai penutup yang menyatukan seluruh pemikiran dan emosi penulis, menciptakan kesatuan yang utuh dalam kumpulan puisi ini. Puisi-puisi dalam buku ini berasal dari pengamatan, perenungan, dan imajinasi penulis. Fakta dan khayalan diramu dengan bumbu fiksi agar lebih menarik dan mudah dicerna oleh pembaca. Penulis menyampaikan bahwa menulis puisi adalah pengalaman baru bagi dirinya, dan ia berharap pembaca tidak mengekspektasikan kata-kata puitis yang terlalu indah. Dengan kata-kata sederhana, penulis berharap mampu membagikan cerita, pengalaman, dan refleksi yang bisa menjadi cermin bagi pembaca dalam proses berimajinasi dan merenung.
Mulai dari kesederhanaan Binatang kecil benih dan bebatuan Rasa syukur bahagia beruntung hingga perasaan perasaan menekan Seperti halnya kerinduan kesepian dan kehilangan Sampai pada karma dan penerimaan Semua itu indah juga meresahkan Bagai aurora yang mengacaukan sinyal jaringan Namun tetap terlihat menawan Aurora Pikiran Aku hanya bisa terbuai Dengan membayangkan senyummu yang seperti fraktal Makin lama makin indah sekaligus makin rumit Menerka Bisakah kau merasakan deru ombak ketika perasaan laut sedang tidak wajar Atau getaran gempa yang mendadak membuat sekitarmu berisik Dan teriakan tumbuhan saat ia berusaha menahan tanah Agar tidak longsor habis begitu saja Suara Alam