Sinopsis Buku: Buku ini membahas perjuangan seorang tokoh penting dalam sejarah Sulawesi Selatan, yaitu Arung Palakka, dalam menghadapi konflik yang terjadi antara Kerajaan Bone dan Kerajaan Gowa pada masa Perang Makassar tahun 1660–1669. Arung Palakka, seorang pemimpin yang memiliki semangat nasionalisme tinggi, berperan aktif dalam membebaskan Kerajaan Bone dari penjajahan Kerajaan Gowa. Perjuangannya tidak hanya berupa pertahanan dan perlawanan, tetapi juga mencakup kerjasama strategis dengan VOC (Vereenigde Oostindische Compagnie) untuk menghadapi ancaman yang lebih besar dari pihak lawan. Dalam buku ini, dibahas secara mendalam latar belakang sejarah dan kondisi politik Sulawesi Selatan sebelum terjadinya perang, serta konsep perang yang digunakan oleh kedua kerajaan. Selain itu, buku ini juga menjelaskan peran budaya Siri dan Pesse dalam masyarakat Bugis yang memengaruhi pola pikir dan tindakan para tokoh sejarah seperti Arung Palakka. Penulis menjelaskan bahwa kerjasama Arung Palakka dengan VOC bukanlah tindakan pengkhianatan, melainkan upaya untuk mempertahankan kemerdekaan dan kehormatan bangsa Indonesia, meskipun kemerdekaan Indonesia secara resmi baru tercapai pada tahun 1945. Buku ini ditulis untuk memberikan wawasan tentang perjuangan seorang tokoh pejuang daerah Bone, Arung Palakka, dalam mengangkat harga diri dan martabat Sare dan Pesse Bugis Bone. Buku ini juga menjadi referensi untuk memahami dinamika politik, budaya, dan perang dalam sejarah Sulawesi Selatan pada masa kolonial.
Sinopsis Buku: Buku ini membahas perjuangan seorang tokoh penting dalam sejarah Sulawesi Selatan, yaitu Arung Palakka, dalam menghadapi konflik yang terjadi antara Kerajaan Bone dan Kerajaan Gowa pada masa Perang Makassar tahun 1660–1669. Arung Palakka, seorang pemimpin yang memiliki semangat nasionalisme tinggi, berperan aktif dalam membebaskan Kerajaan Bone dari penjajahan Kerajaan Gowa. Perjuangannya tidak hanya berupa pertahanan dan perlawanan, tetapi juga mencakup kerjasama strategis dengan VOC (Vereenigde Oostindische Compagnie) untuk menghadapi ancaman yang lebih besar dari pihak lawan. Dalam buku ini, dibahas secara mendalam latar belakang sejarah dan kondisi politik Sulawesi Selatan sebelum terjadinya perang, serta konsep perang yang digunakan oleh kedua kerajaan. Selain itu, buku ini juga menjelaskan peran budaya Siri dan Pesse dalam masyarakat Bugis yang memengaruhi pola pikir dan tindakan para tokoh sejarah seperti Arung Palakka. Penulis menjelaskan bahwa kerjasama Arung Palakka dengan VOC bukanlah tindakan pengkhianatan, melainkan upaya untuk mempertahankan kemerdekaan dan kehormatan bangsa Indonesia, meskipun kemerdekaan Indonesia secara resmi baru tercapai pada tahun 1945. Buku ini ditulis untuk memberikan wawasan tentang perjuangan seorang tokoh pejuang daerah Bone, Arung Palakka, dalam mengangkat harga diri dan martabat Sare dan Pesse Bugis Bone. Buku ini juga menjadi referensi untuk memahami dinamika politik, budaya, dan perang dalam sejarah Sulawesi Selatan pada masa kolonial.