Sinopsis Buku: Buku ini adalah pengantar mendalam ke dalam dunia pesantren dan peran pentingnya dalam membentuk kader-kader muslim sejati yang mampu bertindak dalam masyarakat modern. Penulis menjelaskan bahwa pesantren bukan hanya sekadar tempat belajar agama, tetapi juga merupakan pangkalan untuk menggodok ulama yang mampu hidup mandiri, luwes dalam bergaul, dan menjadi pengemban amanat Ilahi serta kepentingan umat. Buku ini juga menggambarkan perjalanan hidup KH. Moh. Ilyas Ruhiat, seorang tokoh yang dianggap sebagai "mutiara" dalam dunia keagamaan. Nama Ilyas Ruhiat bukan sekadar nama, tetapi mengandung kekuatan dan energi yang tersembunyi. Ia adalah sosok yang muncul di tengah gelombang perubahan nilai yang terjadi akibat globalisasi, yang mengakibatkan kekeringan dan kehilangan makna dalam agama. Buku ini juga menyoroti peran pesantren sebagai penjaga nilai-nilai Islam yang berwatak pribumi, bukan hanya Islam "murni" yang menolak nilai lokal. Dalam konteks ini, Cipasung dianggap sebagai kampung yang berkah, karena berhasil menjaga identitas Islam yang sejati dan tidak terpengaruh oleh arus arabisasi yang sedang gencar didesakkan oleh sebagian kelompok. Selain itu, buku ini juga menguraikan perubahan dalam dunia keagamaan Indonesia, mulai dari munculnya mubaligh pop yang dipengaruhi oleh teknologi dan media massa, hingga kembali ke nilai-nilai tradisional dan kebutuhan akan ulama yang memiliki wajah sufi. Dengan menggambarkan sejarah dan peran KH. Moh. Ilyas Ruhiat, buku ini menjadi pengingat bahwa pesantren dan tokoh-tokoh keagamaan seperti beliau tetap relevan dalam menghadapi tantangan zaman.
Sosok kharismatik ajengan Cipasung Tasimalaya yang dibedah biografinya dalam buku ini tak lain adalah sosok resi yang telah mensenyawakan dirinya dan mentalitas spiritualitas Islam secara natural dengan mentalitas budaya Sundanya di Cipasung Dia bernama KH Moh Iyas Ruhiat Totalitas perjuangan Ajengan Ilyas dalam NU sangatlah besar dan dikagumi warga NU Tidak hanya warga NU tetapi seluruh bangsa Karena di Jawa Barat beliau juga sering memelopori dialog lintas agama dan linta sektoral Beliau selalu menggandeng Muhammadiyah dalam persoalan umat Islam dalam pluralitas keberagamaan beliau selalu menggendeng para pemuka agama Indonesia termasuk ikut masuk dan berceramah di pesantrennya Walaupun demikian beliau tetap santun dan rendah diri Menduduki posisi tertinggi di NU beliau tetap tinggal di Cipasung Karena baginya Ilyas dan Cipasung bagai biji yang tumbuh ditanahnya sendiri
Jumlah Halaman | 327 |
---|---|
Kategori | Umum |
Penerbit | Pustaka Pesantren |
Tahun Terbit | 2021 |
ISBN | 979-8452-20-8 |
eISBN | proses |